Nasionalisme Sebagai Solusi
Oleh: Rheza Ardiansyah*
Nasionalisme adalah tempat tinggal yang kita bela
Nasionalisme untuk negara ini adalah pertanyaan
Nasionalisme untuk negara ini menuju kehancuran
Nasionalisme menuntun bangsa kami menuju kehancuran
(Koil-Kenyataan Dalam Dunia Fantasi)
Nasionalisme, sebuah ajaran yang sebenarnya telah lama kita kenal. Bahkan sejak duduk di bangku sekolah dasar, generasi muda bangsa sudah dibekali semangat itu. Indonesia lahir karena nasionalisme, pemerintahan negeri ini pun tetap bertahan karena nasionalisme. Lalu mengapa pernyataan pesimis tentang nasionalisme dalam petikan lirik lagu diatas masih tercetus? Nasionalisme berarti paham yang berorientasi kebangsaan. Seorang nasionalis akan berorientasi pada kepentingan bangsa dalam setiap hal yang ia usahakan. Menempatkan kepentingan bangsa berarti menempatkan kepentingan bersama diatas kepentingan individu. Dengan terpenuhinya kepentingan bersama, maka kepentingan individu pun dapat terjamin. Belum terpenuhinya kepentingan bangsa sebagai individu, merupakan salah satu indikasi rendahnya kadar nasionalisme bangsa ini. Rupanya itu yang dimaksud Koil dalam lirik lagu diatas. Nasionalisme, untuk negara ini adalah pertanyaan.
Indonesia adalah negara yang bermodal besar. Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung berapi dan 130 di antaranya termasuk gunung berapi aktif. Sebagian dari gunung berapi terletak di dasar laut dan tidak terlihat dari permukaan laut. Indonesia merupakan tempat pertemuan 2 rangkaian gunung berapi aktif (Ring of Fire). RI merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau (termasuk 9.634 pulau yang belum diberi nama dan 6.000 pulau yang tidak berpenghuni). Disini ada 3 dari 6 pulau terbesar didunia, yaitu : Kalimantan (pulau terbesar ketiga di dunia dgn luas 539.460 km2), Sumatera (473.606 km2) dan Papua (421.981 km2). Indonesia adalah Negara maritim terbesar di dunia dengan perairan seluas 93 ribu km2 dan panjang pantai sekitar 81 ribu km2 atau hampir 25% panjang pantai di dunia. Indonesia merupakan Negara dengan suku bangsa yang terbanyak di dunia. Terdapat lebih dari 740 suku bangsa, dimana di Papua saja terdapat 270 suku. Negara dengan bahasa daerah yang terbanyak, yaitu 583 bahasa dan dialek dari 67 bahasa induk yang digunakan berbagai suku bangsa di Indonesia. Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia. Jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia sekitar 216 juta jiwa atau 88% dari penduduk Indonesia. Negeri ini juga menyandang gelar sebagai negara yang memiliki jumlah masjid terbanyak dan negara asal jamaah haji terbesar di dunia. Monumen Budha (candi) terbesar di dunia adalah Candi Borobudur di Jawa Tengah dengan tinggi 42 meter (10 tingkat) dan panjang relief lebih dari 1 km. Diperkirakan dibuat selama 40 tahun oleh Dinasti Syailendra pada masa kerajaan Mataram Kuno (750-850 M). Indonesia adalah tempat ditemukannya manusia purba tertua di dunia, yaitu Pithecanthropus erectus yang diperkirakan berasal dari 1,8 juta tahun yang lalu. Republik Indonesia adalah Negara pertama yang lahir sesudah berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945. RI merupakan negara ke-70 tertua di dunia. Tim bulutangkis Indonesia adalah yang terbanyak merebut lambang supremasi bulutangkis pria, Thomas Cup, yaitu sebanyak 13 kali (pertama kali th 1958 & terakhir 2002). Indonesia adalah penghasil gas alam cair (LNG) terbesar di dunia (20% dari suplai seluruh dunia) juga produsen timah terbesar kedua. Indonesia menempati peringkat 1 dalam produk pertanian, yaitu cengkeh (cloves) & pala (nutmeg), serta nomor 2 dalam karet alam (Natural Rubber) dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil). Indonesia adalah pengekspor terbesar kayu lapis (plywood), yaitu sekitar 80% di pasar dunia. Terumbu Karang (Coral Reef) Indonesia adalah yang terkaya (18% dari total dunia). Indonesia memiliki species ikan hiu terbanyak didunia yaitu 150 species. Indonesia memiliki biodiversitas anggrek terbeser didunia (6 ribu jenis anggrek), mulai dari yang terbesar (Anggrek Macan atau Grammatophyllum speciosum) sampai yang terkecil (Taeniophyllum, yang tidak berdaun), termasuk anggrek hitam yang langka dan hanya terdapat di Papua. Memiliki hutan bakau terbesar di dunia. Tanaman ini bermanfaat untuk mencegah abrasi. Hewan langka Komodo hanya tersisa di Pulau komodo NTT yang merupakan spesies kadal terbesar di dunia dengan rata-rata panjang tubuhnya mencapai hingga 3,13 meter dan beratnya mencapai 165 kg. Rafflesia arnoldi yang tumbuh di Sumatera adalah bunga terbesar di dunia. Ketika bunganya mekar, diameternya mencapai 1 meter. Indonesia memiliki primata terkecil di dunia , yaitu Tarsier Pygmy (Tarsius pumilus) atau disebut juga Tarsier Gunung yang panjangnya hanya 10 cm. Hewan yang mirip monyet dan hidupnya diatas pohon ini terdapat di Sulawesi. Tempat ditemukannya ular terpanjang di dunia yaitu, Python reticulates sepanjang 10 meter di Sulawesi. Di Indonesia terdapat ikan terkecil di dunia yang ditemukan baru-baru ini di rawa-rawa berlumpur Sumatera. Panjangnya 7,9 mm ketika dewasa, kurang lebih sebesar nyamuk. Tubuh ikan ini transparan dan tidak mempunyai tulang kepala. Spa terbaik di dunia berada di pulau Bali, penghargaan spa Terbaik didapat dari majalah Senses di Eropa. Sebanyak 60.000 pembacanya menyatakan Bali sebagai The Best Spa Destination in The World 2009. Indonesia menjadi negara dengan jumlah bank dan lembaga keuangan yang berlandaskan sistem syariah terbanyak di dunia. Hal ini terbukti dengan hadirnya 33 bank, 46 lembaga asuransi, dan 17 mutual fund yang menganut sistem syariah untuk semester pertama tahun 2009. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia dengan hasil produksi pada tahun 2006 mampu mencapai sebesar 16 juta ton pertahun. Bersama dengan Malaysia, Indonesia menguasai hampir 90% produksi minyak sawit dunia. Eksport nanas Lampung tahun 2008 menduduki peringkat dua terbesar di dunia. Situs komunitas www.kaskus.us murni buatan Indonesia menempati peringkat teratas paling banyak dikunjungi dengan posisi ke-9 top site Indonesia berdasarkan peringkat Alexa (data 24 April 2009). Paguyuban Pencinta Batik Pekalongan mendapat penghargaan Guinness World Records tahun 2005 setelah berhasil membatik kain sepanjang 1.200 meter persegi (setara 12.916 kaki) oleh 1.000 pembatik tulis berikut pewarnaannya dalam waktu satu hari. Satu dari 4 masjid kubah emas didunia terdapat di Indonesia. Masjid kubah emas itu adalah Masjid Jame’ Asr atau Masjid Bandar Seri Begawan di Brunei, Masjid Al-Askari di Samarra, Irak, Masjid Qubbah As Sakhrah / Dome of the Rock di Yerusalem, Palestina, dan Masjid Dian Al Mahri di Depok, Indonesia. Indonesia sebagai negara dengan tingkat pertumbuhan pengguna facebook paling tinggi di asia tenggara. Pada tahun 2008, pengguna facebook di Indonesia tumbuh 645 persen mengalahkan China, India, Malaysia, Thailand, dan Singapura. Berdasarkan www.internetworldstats.com, pengguna internet di Indonesia tumbuh lebih 1.150,0% dalam 10 tahun terakhir. Tahun 2008 saja total pengguna internet mencapai 25 juta dari populasi penduduk 237.512.355 jiwa. Pasar tanah abang merupakan pusat penjualan tekstil dan pakaian terbesar di Asia Tenggara.
Namun modal yang kita miliki seperti diuraikan diatas, tampaknya belum termanfaatkan secara maksimal. Masih banyak rakyat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Index of competitiveness bangsa kita masih bernilai 35 dari nilai maksimum 100. Menurut sebuah survey yang dilakukan oleh PERC (Political and Economic Risk Consultancy) pada 2002, nilai risiko politik dan ekonomi Indonesia adalah 9,92, lebih tinggi dibanding India (9,17), Vietnam (8,25), Filipina (8,00), Cina (7,00), Taiwan (5,83), Korea Selatan (5,75), Malaysia (5,71), Hong Kong (3,33), Jepang (3,25), dan Singapura yang memiliki risiko paling rendah, 0,90.
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah senjata andalan setiap bangsa. Perbaikan mutu SDM adalah salah satu solusi agar keunggulan-keunggulan diatas mampu menjadi solusi atas berbagai polemik yang dihadapi bangsa Indonesia. Tantangan besar dalam proses perubahan ini adalah menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi agar mampu mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki bangsa ini.
Nasionalisme akan berbuah manis saat seluruh komponen bangsa memahami dan menerapkan semangat tersebut dalam keseharian berbangsa dan bernegara. Langkah kecil sebagai wujud kontribusi meningkatkan kesejahteraan bangsa adalah dengan tidak lagi berorientasi pribadi atau golongan. Sikap empati adalah kunci agar setiap individu tak lagi bersikap egosentris.
Manajemen waktu
Budaya tidak tepat waktu, selalu dikaitkan dengan identitas alami bangsa ini. Saya prihatin saat beberapa teman mengemukakan alasan keterlambatannya. “Maklum, orang Indonesia,” demikian kilahnya tanpa rasa bersalah. Sebesar apapun ide yang dimiliki seseorang, tak akan bermanfaat selama tak ada waktu untuk mengatakannya, apalagi menjadikannya nyata. Maka manajemen waktu memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa. Tak sedikit negara yang merdeka setelah negara kita, namun mampu mengungguli Indonesia. Mereka mampu mengatur penggunaan waktu untuk sesuatu yang produktif, sehingga dalam rentang waktu tertentu, percepatan pembangunan mampu mereka capai.
Bangsa kita perlu menjadikan waktu sebagai aset berharga. Setiap individu bangsa hendaknya mulai bijak dalam mengisi kesehariannya. Label bangsa yang terkenal dengan jam karet harus kita hapus, karena dengan tidak tepat waktu, tidak hanya kepentingan individu yang dirugikan, namun juga akan mempengaruhi ketepatan waktu pelaksanaan target bersama.
Gosip
Semut di seberang lautan terlihat, gajah di pelupuk mata tak tampak. Peribahasa itulah yang menjadi gambaran bangsa kita. Masyarakat Indonesia lebih tertarik dengan informasi tentang aib, gosip dan skandal selebritis, dibanding informasi lain yang lebih bermutu.
Saya teringat sebuah film yang dibintangi Adam Sandler. Idiocrazy, demikian judul film komedi itu. Film itu mengisahkan seorang penjaga perpustakaan militer, yang kesehariannya hanya diisi dengan menonton televisi, karena perpustakaan itu sangat jarang dikunjungi. Suatu hari, Joe, sang penjaga perpustakaan, dijadikan objek percobaan militer dengan ditidurkan selama beberapa tahun. Namun malang, proyek itu kemudian telantar, Joe pun terbangun di tahun 2050. Di dunia yang sama, di waktu berbeda, Joe menemukan situasi yang juga jauh berbeda. Sampah berserakan dimana-mana, kualitas bahasa tak lagi baik, tayangan televisi berisi kekerasan, dan kualitas intelejensi manusia saat itu sangat menurun drastis. Ternyata, evolusi berjalan mundur. Manusia “bodoh” di saat ini, menjadi manusia paling genius di masa itu. Abad 19-20, diyakini merupakan masa keemasan peradaban manusia. Ilmuwan-ilmuwan lahir beserta inovasinya saat itu. Namun generasi setelahnya terlena dengan kemudahan yang telah dibangun. Teknologi tak lagi mengasah intelejensia manusia. Sikap antroposentris berbuah kerusakan lingkungan tempat manusia tinggal, degradasi moral pun memperparah peradaban manusia saat itu. Pelajaran berharga dari film ini begitu jelas, jika ingin peradaban kita makin maju di masa depan nanti, teruslah perkaya diri dengan ilmu.
Bukan tak mungkin cerita dalam film itu menjadi kenyataan. Saat ini bangsa kita lupa dan larut dalam buaian modernisasi. Robert Pepperell, dalam bukunya yang berjudul “Posthuman: Kompleksitas Kesadaran, Manusia dan Teknologi”, menyatakan bahwa hidup manusia saat ini telah masuk ke dalam kondisi posthuman, sebuah kondisi yang ditunjukkan dengan kurangnya kuasa manusia dalam aspek kesadaran dan kemanusiaan. Menurutnya, era posthuman juga diwarnai dengan semakin terjangkaunya teknologi oleh hampir semua lapisan masyarakat. Tapi ironisnya, teknologi membuat manusia terlena. Untuk menghitung operasi sederhana saja, mereka lebih menyukai menggunakan jasa kalkulator, sehingga proporsi penggunaan otak berkurang. Bahkan beberapa aktivitas seperti mencuci, mulai digantikan oleh mesin. Hingga sistem sosial pun, mulai mengalami digitalisasi. Kegiatan tatap muka, bahkan jarak yang tak terlalu jauh, lebih sering dilakukan melalui cyberspace seperti internet, webcam, dll. Akibatnya, empati sosial yang hakiki tidak lagi terasah karena dibatasi layar kaca. Dari segi sumber daya alam, kecanggihan teknologi membuat semesta makin terdegradasi. Eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam kadang berakhir dengan bencana. Semua itu disebabkan oleh penggunaan teknologi yang tak lagi berbasis nilai kemanusiaan.
Ketertarikan terhadap hal yang kurang bermanfaat, adalah hal lain yang perlu kita koreksi. Jika kebiasaan tersebut terus kita pelihara, mungkin saja kondisi masyarakat dalam Idiocrazy di atas akan kita alami. Didikan orang tua sejak usia dini adalah cara preventif agar masyarakat kita tidak menjadi masyarakat yang tidak mengenal dirinya sendiri dan tak mau mengoreksi diri. Orang tua juga berperan dalam penanaman kebiasaan positif generasi muda. Jika orang tua mampu menanamkan berbagai kebiasaan positif menjadi jati diri, kualitas bangsa pun akan menjadi lebih baik.
Citra
Seorang ayah dan anak, sedang berada dalam sebuah perjalanan dengan keledainya. Dalam perjalanan itu, sang anak menaiki keledai, sementara ayahnya berjalan menuntun si keledai yang ditunggangi anaknya. Lalu masyarakat yang mereka lewati berkomentar bahwa sang anak tak tahu diri, karena membiarkan ayahnya berjalan sementara ia dengan nikmatnya hanya menunggangi keledai. Setelah mendengar komentar tersebut, kemudian sang anak mempersilahkan ayahnya menunggangi keledai, sementara ia berjalan. Masyarakat yang mereka lewati kembali menyatakan pendapatnya. “Orang tua yang menaiki keledai itu memang tak punya rasa tanggung jawab dan tidak menyayangi anaknya,” demikian pendapatnya setelah melihat sang ayah menaiki keledai sementara anaknya berjalan. Mereka pun kembali terpengaruh. Kemudian sang ayah dan anaknya menaiki keledai itu. Kembali, masyarakat yang melihat mereka menyatakan pendapatnya. Menurutnya, kedua orang yang menaiki keledai itu memang tak berhati nurani, karena telah menyiksa keledai dengan beban yang berat. Cara lain kemudian mereka cari agar tak ada lagi orang lain yang protes. Keledai itu tidak mereka tunggangi, namun mereka angkat. Tentu saja masyarakat yang melihatnya makin terpicu berkomentar atas tingkah aneh ayah-anak itu. Mereka berpikir bahwa kedua orang itu bodoh, karena tidak memanfaatkan keledai itu untuk mereka tunggangi. Akhirnya ayah dan anak itu sadar, bahwa apapun pilihan yang mereka lakukan, orang lain akan berkomentar menurut pendapatnya masing-masing. Kepercayaan terhadap apa yang mereka jalani akan lebih baik daripada terus menuruti kehendak orang lain yang berbeda-beda.
Kedudukan di mata orang lain terkadang menjadi kiblat bagi beberapa orang. Bangsa kita terkadang menyerah pada opini masyarakat dalam memperjuangkan kebenaran. Contoh diatas adalah pelajaran bagi bangsa kita, untuk bersikap teguh dalam memperjuangkan sesuatu yang dianggap benar. Saat ini, beberapa orang tua khawatir saat dihadapkan pada situasi pendidikan di negeri ini. Budaya mencontek seakan barang halal dalam proses mendidik bangsa. Jika anak-anak diajari untuk tidak mencontek dan memberi contekan, maka ia akan dijauhi oleh teman-temannya yang tak bisa lepas dari mencontek, namun jika budaya itu terus dipertahankan, pendidikan akan mencetak koruptor-koruptor baru. Pendidikan karakter yang baik merupakan solusi masalah tersebut. Menurut Thomas Lickona, karakter yang baik ditopang oleh tiga komponen penting, yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral acting. Pada dasarnya, para siswa yang mencontek mengetahui bahwa kebiasaan itu salah (moral knowing). Saat mencontek, mereka pun merasa bersalah (moral feeling). Namun mereka tak mampu membendung dorongan emosi negatif itu, sehingga mencontek tetap mereka lakukan. Berdasarkan analisa tersebut, para siswa sebenarnya telah memiliki dasar pembentukan karakter yang baik, namun pada tahap akhir pembentukannya, moral acting tidak bisa mereka laksanakan dengan baik. Oleh karena itu, peserta didik Indonesia tidak hanya memerlukan pendidikan karakter secara teori, namun perlu didukung dengan realisasi pada kehidupannya sehari-hari. Untuk membantu terlaksananya moral acting, mereka perlu diberi contoh nyata. Peran pengajar, pemerintah, dan seluruh komponen masyarakat untuk memberikan cerminan penerapan moral acting yang baik, akan dengan mudah dipahami generasi muda dan diterapkannya dalam keseharian. Pemerintah, sebagai lembaga pemimpin dan pengayom masyarakat yang tertinggi, hendaknya memberi contoh dengan menghentikan KKN dan tanggap terhadap setiap usulan rakyat. Begitu pula dengan pengajar, sebagai sosok yang mendidik secara langsung, hendaknya mulai membiasakan dan mengajarkan budaya tepat waktu, tidak mendukung kebiasaan mencontek, serta mendukung perilaku positif lainnya. Hal terpenting agar perbaikan kualitas bangsa berjalan dengan baik, adalah sikap istiqomah, berpendirian teguh, dan selalu berpedoman pada kebenaran hakiki.
Memberi dan Menerima
Tangan diatas lebih baik dibanding tangan dibawah, lebih baik memberi daripada menerima. Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim tentu tak asing dengan kalimat itu. Namun tampaknya masih banyak yang meletakkan tangannya di bawah. Apalagi saat ramadhan tiba, jumlah mereka makin bertambah. Makin tingginya kebutuhan hidup yang tidak diiringi kemampuan untuk memenuhinya secara layak menjadi alasan munculnya pekerja musiman itu.
Sikap yang dilakukan MUI Sumenep, Madura, dengan mengeluarkan fatwa haram untuk mengemis, adalah tindakan berani yang perlu mendapat dukungan. Dengan keluarnya fatwa haram tersebut, jumlah pengemis diharapkan berkurang, sehingga dapat mengangkat kembali harkat, derajat dan martabat bangsa serta mengurangi eksplotasi anak. Larangan mengemis itu perlu ditindaklanjuti pemerintah dengan memberikan modal keahlian—disamping modal finansial—kepada masyarakat agar tidak ada lagi celah untuk munculnya kembali budaya mengemis.
Ketiadaan kecakapan menjadi salah satu alasan untuk seseorang mengemis, seperti yang diakui Wardi (48) kepada Ari Saputra dari detikNews. Ia mengaku telah mencoba berbagai pekerjaan seperti menjadi penjaga WC, tukang sapu di stasiun Tanah Abang, hingga jualan gorengan. Namun akhirnya ia menyerah juga, padahal tukang sapu dan penjaga WC bahkan lebih pantas disebut pekerjaan dibanding pengemis. Pola pikir demikianlah yang perlu dihilangkan dari benak bangsa kita. Sikap pantang menyerah dan tidak mengorbankan harga diri perlu ditanamkan sejak usia dini.
Terkadang sistem ranking dalam pendidikan kita menjadi boomerang bagi peserta didik. Tiap anak dilahirkan dan tumbuh dengan bakat mereka masing-masing. Tak semua anak unggul dalam bidang akademik. Siswa yang mendapat ranking rendah berisiko merasa rendah diri, padahal ia tentu memiliki bakat lain yang potensial untuk dikembangkan. Naasnya, kemauan untuk mengembangkan bakat lain itu tertutup perasaan pesimis karena ranking di bangku sekolah yang tidak memuaskan. Bimbingan orang tua merupakan lilin penerang dalam situasi demikian, karena dengan dukungan dari orang-orang terdekat, sang anak akan merasa termotivasi, sehingga sikap mudah menyerah tidak lagi dikenal oleh bangsa Indonesia.
Potret lain yang menggambarkan posisi tangan kita yang masih dibawah adalah kurangnya jiwa wirausaha bangsa. Setelah menempuh pendidikan, generasi muda kita berpikir untuk mencari tempat yang bisa memberi mereka penghasilan. Makin tingginya jumlah pencari kerja yang tidak diikuti peningkatan lapangan kerja menjadi penyebab tingginya angka pengagguran di Indonesia. Para generasi muda perlu mendapat suntikan motivasi untuk bersikap berdikari, berdiri diatas kaki sendiri. Tugas para pengajarlah untuk menyampaikannya di bangku sekolah. Tak perlu terikat karena kewirausahaan bukan mata pelajaran apa yang ia ampu, karena bekal tersebut tidak terbatas pada satu bidang ilmu. Dengan memahami pentingnya kewirausahaan, para generasi muda akan mempersiapkan diri untuk menjadi penyedia lapangan kerja, sehingga setelah menyelesaikan pendidikan, ia sudah tidak lagi bingung mencari penghasilan, namun telah mampu memberi penghasilan untuk dirinya sendiri dan orang lain.
Nasionalisme, tak akan lagi terdengar pesimistis jika setiap komponen bangsa tak lagi berorientasi sempit. Kualitas bangsa adalah akumulasi dari tingginya nilai diri setiap individu di dalamnya. KH Abdullah Gymnastiar merumuskan tiga kunci untuk mewujudkannya—mulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil, dan mulai dari sekarang. Perubahan menuju Indonesia yang lebih baik akan berbuah manis jika ketiga langkah tersebut tak hanya tinggal sebagai sebuah anjuran, namun mampu menjadi tindakan nyata.