Beberapa waktu lalu, kita disibukkan sama Ujian Nasional (UN). Hasil ujian yang wajib diikuti siswa SMA tingkat akhir itu pun mencengangkan. Nilai kelulusan di beberapa SMA bahkan sangat jeblok. Beberapa teman kita disana terpaksa menelan kenyataan pahit bahwa mereka dinyatakan gagal dan harus mengikuti ujian ulang. Bayangkan kalau kamu jadi mereka, pasti sakit banget. Proses edukasi yang dijalani tiga tahun ternyata ditentukan oleh beberapa jam di akhir masa studi. Tapi ga lulus UN bukan berarti hidup kita ga ada gunanya lagi. Itu hanya penilaian yang ga mewakili kualitas seorang siswa secara keseluruhan.
Dalam sebuah buku bertajuk Pendidikan Holistik yang ditulis oleh Ratna Megawangi dkk., terdapat fakta yang menyatakan bahwa seorang ahli bernama George Boggs mendapati 13 indikator penunjang keberhasilan seseorang di dunia kerja. Ternyata dari ketigabelas indikator itu, 10 diantaranya (77%) adalah kualitas karakter seseorang, sementara hanya 3 indikator saja (23%) yang berkaitan dengan faktor kecerdasan. Indikator-indikator itu adalah:
1. Jujur dan dapat diandalkan
2. Bisa dipecaya dan tepat waktu
3. Bisa menyesuaikan diri dengan orang lain
4. Bisa bekerjasama dengan atasan
5. Bisa menerima dan menjalankan kewajiban
6. Mempunyai motivasi kuat untuk belajar dan meningkatkan kualitas diri
7. Berpikir bahwa dirinya berharga
8. Bisa berkomunikasi danmendengarkan secara efektif
9. Bisa bekerja mandiri
10. Dapat menyelesaikan masalah pribadi dan profesinya
11. Mempunyai kemampuan dasar (kecerdasan)
12. Bisa membaca dengan pemahaman yang memadai
13. Mengerti dasar-dasar matematika (menghitung)
Tiga indikator terakhir adalah kemampuan yang berkaitan dengan kecerdasan intelektual yang biasa ditonjolkan dalam proses belajar-mengajar secara tradisional. Artinya, selain kecerdasan intelektual yang kita peroleh dari sekolah, kita perlu diperkaya tujuh bumbu lagi agar bisa sukses. Lalu apa hubungannya sama UN? Setelah baca kriteria orang sukses diatas, sekarang kita tahu bahwa UN hanya mengukur nilai kemampuan kita di tiga hal terakhir tadi. Jadi lulus UN tanpa kualitas karakter yang baik bukan jaminan kita jadi sukses.
Seorang ilmuwan yang bernama Howard Gardner menyatakan bahwa manusia sebenarnya punya 9 jenis kecerdasan. Kesembilan aspek kecerdasan itu adalah:
1. Kecerdasan linguistik
2. Kecerdasan logika mateatis
3. Kecerdasan spasial
4. Kecerdasan kinestetik
5. Kecerdasan musikal
6. Kecerdasan interpersonal
7. Kecerdasan intrapersonal
8. Kecerdasan naturalis
9. Kecerdasan spiritual
Howard Gardner juga berpendapat bahwa kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan dan dapat menghasilkan barang atau jasa yang berguna dalam berbagai aspek kehidupan. Manusia yang berguna bagi masyarakat adalah mereka yang memiliki kesembilan aspek kecerdasan diatas dalam kadar yang seimbang. Hal itu bertolak belakang dengan konsep cerdas yang biasa kita anut berdasarkan perolehan IQ yang sebenarnya hanya mengukur 2 atau 3 aspek kecerdasan. Jadi, tidak lulus UN bukan jaminan seorang siswa akan gagal, karena tiap manusia dibekali bakat dan potensi unik dalam bidangnya tersendiri. Setidaknya masih ada beberapa kecerdasan lain yang bisa dikembangkan agar kita menjadi manusia yang benar-benar berguna bagi nusa dan bangsa.
Rabu, 26 Mei 2010
Kamis, 20 Mei 2010
Jumat, 14 Mei 2010
Mari Berpesta Sekuat Tenaga
Hujan membasahi Ampera Raya saat harusnya acara sudah dimulai. God bless rock n roll! Meskipun deras, tak lama rintik di siang itu reda jua. Setelah jeda cukup panjang pasca hujan, akhirnya gelaran rilis edisi terbaru Rolling Stone itu dimulai. Adalah Dead Squad, performer pertama yang berlaga di panggung besar Rolling Stone Live Venue. Empat lagu mereka gaungkan di hadapan audiens yang mayoritas terdiri dari kamtis (fans Endank Soekamti) dari berbagai daerah. Di awal acara, Soleh Solihun yang menjabat MC di acara ROLLING STONE Release Party edisi Mei 2010 itu sempat melontarkan beberapa lelucon yang diantaranya membahas eksistensi golongan sayap kanan di kancah politik negeri ini. Di lagu ketiganya, Dead Squad menjawab topik itu. “Lagu ini adalah bentuk pernyataan negasi kami atas pembenaran sepihak yang sering dilontarkan golongan sayap kanan,” demikian kelakar juru vokal band yang pernah dihuni Prisa Adinda itu.
Usai Dead Squad menunaikan aksinya, “Mars Kamtis” spontan bergema. Akhirnya trio humoris asal Jogja itu naik ke singgasana pesta. Kor-kor melodius macam “Mari Bercinta”, “Bau Mulut”, “Asu Tenanan” hingga “Go Skate! Go Green!” dengan syahdu mereka dendangkan. Aksi stage diving para kamtis menjadi fenomena banal di rentang penampilan Endank Soekamti. Sesekali dialog komedi Erick dan Dori menjadi selingan antar lagu. Hanya Ari yang tutup mulut dan terlihat khusyuk dengan drumset-nya. Spanduk-spanduk kamtis yang semula terpajang di penjuru arena pesta mulai bertanggalan usai Endank Soekamti pamit. Moshpit pun menyisakan spasi renggang setelah para kamtis turut idolanya meninggalkan Ampera Raya Nomor 16.
Selama dua band pertama menebar gema, seorang pria berambut panjang tampak asik dengan kameranya. Dialah Richard Mutter, drummer Pas Band semasa “Four Through The Sap” hingga “Psycho ID”. Bada Dead Squad dan Endank Soekamti, drummer legendaris itu ambil giliran unjuk taring bersama bandnya, Getah. Lirik–lirik ilahiah khas musik metal mereka dendangkan dengan penuh penghayatan. Selain aksi panggung yang berkesan mistis, hal unik lain dari penampilan Getah sore itu adalah cara Peter Mekel menekan fret gitar les paul yang dimainkannya. Satu-satunya gitaris di band itu beraksi dengan teknik yang serupa dengan cara Moldy Radja memainkan gitar.
Di akhir acara, giliran The Brandals menggeber melodi. Kombinasi flip-flop Toni dan PM serta setting snare drum Rully Annash tetap menjadi warna khas dalam aksi The Brandals. Pilihan lagu yang mereka bawa pun lebih aktual. Nomor-nomor monumental macam “Lingkar Labirin” atau “100 km/jam” tak terdengar hingga ujung performa. Beberapa saat sebelum kumandang adzan maghrib terdengar, acara bulanan ROLLING STONE ini pun usai. Momen bulanan edisi Mei ini, selain dihadiri para insan musik, juga dihadiri sineas Rudi Sujarwo yang tampak bersama anaknya. Bahkan keluarga PM hadir pula dan kompak menikmati aksi The Brandals.
"Hiperbola Dogma Monotheis", demikian tajuk komentar mereka untuk para sayap kanan
Mari berpacu dalam melodic
Getah Hell Yeah
Endah N Rheza
Mari bercinta sekuat tenaga. toss!!
Wuuuuuhuuuu
Usai Dead Squad menunaikan aksinya, “Mars Kamtis” spontan bergema. Akhirnya trio humoris asal Jogja itu naik ke singgasana pesta. Kor-kor melodius macam “Mari Bercinta”, “Bau Mulut”, “Asu Tenanan” hingga “Go Skate! Go Green!” dengan syahdu mereka dendangkan. Aksi stage diving para kamtis menjadi fenomena banal di rentang penampilan Endank Soekamti. Sesekali dialog komedi Erick dan Dori menjadi selingan antar lagu. Hanya Ari yang tutup mulut dan terlihat khusyuk dengan drumset-nya. Spanduk-spanduk kamtis yang semula terpajang di penjuru arena pesta mulai bertanggalan usai Endank Soekamti pamit. Moshpit pun menyisakan spasi renggang setelah para kamtis turut idolanya meninggalkan Ampera Raya Nomor 16.
Selama dua band pertama menebar gema, seorang pria berambut panjang tampak asik dengan kameranya. Dialah Richard Mutter, drummer Pas Band semasa “Four Through The Sap” hingga “Psycho ID”. Bada Dead Squad dan Endank Soekamti, drummer legendaris itu ambil giliran unjuk taring bersama bandnya, Getah. Lirik–lirik ilahiah khas musik metal mereka dendangkan dengan penuh penghayatan. Selain aksi panggung yang berkesan mistis, hal unik lain dari penampilan Getah sore itu adalah cara Peter Mekel menekan fret gitar les paul yang dimainkannya. Satu-satunya gitaris di band itu beraksi dengan teknik yang serupa dengan cara Moldy Radja memainkan gitar.
Di akhir acara, giliran The Brandals menggeber melodi. Kombinasi flip-flop Toni dan PM serta setting snare drum Rully Annash tetap menjadi warna khas dalam aksi The Brandals. Pilihan lagu yang mereka bawa pun lebih aktual. Nomor-nomor monumental macam “Lingkar Labirin” atau “100 km/jam” tak terdengar hingga ujung performa. Beberapa saat sebelum kumandang adzan maghrib terdengar, acara bulanan ROLLING STONE ini pun usai. Momen bulanan edisi Mei ini, selain dihadiri para insan musik, juga dihadiri sineas Rudi Sujarwo yang tampak bersama anaknya. Bahkan keluarga PM hadir pula dan kompak menikmati aksi The Brandals.
"Hiperbola Dogma Monotheis", demikian tajuk komentar mereka untuk para sayap kanan
Mari berpacu dalam melodic
Getah Hell Yeah
Endah N Rheza
Mari bercinta sekuat tenaga. toss!!
Wuuuuuhuuuu
Langganan:
Postingan (Atom)