Rabu, 30 Januari 2013

2012 Ends Today

Hidup saya di tahun 2012 dimulai bulan Februari. Ungkapan itu muncul karena memang hal-hal baru saya alami sejak bulan kedua di dekade kedua abad 21 itu. Mengenang 2012, menjelang Februari tahun ini saya kisahkan lagi apa saja hal baru yang saya maksud.



Mulai bulan Februari 2012 saya menjalani profesi baru sebagai reporter di Metro TV. Menjadi reporter di Metro TV menyenangkan. Lingkungan kerja nyaman, rekan kerja kooperatif, senior edukatif, dan masih banyak lagi. Di awal masa pelatihan disini, saya yang masuk Metro TV melalui program JDP 7, mempresentasikan mimpi apa yang ingin dicapai 10 tahun mendatang.




Saya bilang mau punya acara sendiri, mau jadi sutradara, mau bikin buku, mau bisa jalan-jalan, tetap aktif bermusik, aktif di kegiatan sosial. Waktu presentasi, dengan sesumbarnya saya bilang beberapa gol diatas akan diwujudkan tahun ini. Di satu sisi itu "membebani" (ga membebani sih, cuma rasanya ga enak aja sama diri sendiri, meskipun orang yang denger mungkin udah lupa saya ngomong apa waktu itu), tapi di sisi lain bagus juga melatih saya merealisasikan janji diatas. Setiap perkataan adalah janji. Semoga saya bisa menepati semua janji itu.


Soal punya acara sendiri, itu saya belum kepikiran, belum ada ide, belum mampu juga kali ya, live report aja belum sempurna. Haha. Soal jadi sutradara, hampir tiap hari selama liputan rasanya ada sense menjadi sutradara. Reporter dan camera person mendesain visualisasi berita televisi, mengatur skenario (naskah), kadang mengarahkan, atau bahkan jadi "aktor" di film itu sendiri, on cam. Ya, suatu hari mungkin ya kesampean bikin film. Cita-cita ini sebenarnya muncul sejak saya buat skenario dari cerpen. Saya sampai sekarang masih mengagumi alur cerpen itu, bahkan masih terobsesi memvisualisasikannya.


Nah soal buku, dengan konyolnya saya bilang kalau tahun 2012 kemarin, saya akan membuat sebuah novel bertema teori konspirasi. Bahkan saya sudah bocorkan ide ceritanya. Novel itu bakal bercerita tentang upaya pembunuhan pertanian, aspek paling penting penopang hidup manusia. Saya dan Agus, teman sejurusan dan seangkatan waktu kuliah, awalnya berniat bikin novel itu. Novel yang merupakan buah masa skripsi kami itu, hingga 2013 ini belum rampung juga, banyak kendalanya. Saya merasa bersalah, merasa harus menelan ludah sendiri. Akhirnya saya buat alternatifnya. Sebuah buku autobiografi, memoar, saya buat. Buku itu judulnya Journalist's Journal. isinya tentang kisah dibalik layar tugas liputan saya selama ada di desk sosbudtek. Kurang lebih gaya penulisannya sama kayak buku Manis Getir Skripsi, memoar pertama saya selama kuliah tingkat akhir. Kedua buku tadi saya kategorikan sebagai seri mesin waktu, seri dokumentasi kejadian sekaligus dokumentasi pemikiran. Semoga kategori karya tulis saya lain segera nyusul. 




Di buku Journalist's Journal, Semua liputan saya tuliskan versi lainnya, yang berupa memoar ini. Bukunya 100 halaman. Kamu bisa baca tautan ini buat baca secuil kecil isi buku tersebut. Mungkin suatu hari nanti saya buatkan versi singkatnya, versi yang sudut pandang kasus dan semua informasinya benar-benar layak publik tahu. Yang penting sekarang, saya ga lagi dikejar janji soal bikin buku di 2012.


Soal jalan-jalan, tiap liputan juga jalan-jalan. Bisa ketemu tempat baru, orang baru, kejadian baru, hiburan baru. Soal tempat tugas luar pulau Jawa, di tahun 2012 saya pernah ke Tomohon, Lampung, sama Batam. Semuanya menyenangkan, seperti jalan-jalan.


Terkait aktivitas musikal, ini juga berat nih. Haha. Saya bilang saya mau tetap aktif bermusik, dibelakang panggung (sebagai manager Asphoria) atau di atas panggung (di band Finding Nadia, Operasi Plastik, Clumsy Little Boy). Asphoria tetap aktif. Waktu presentasi, band post rock ini muncul di halaman Hai Demos majalah Hai. Di beberapa kesempatan saya ikut latihan, ikut masukin demo lagu, ikut nemenin mereka manggung juga. Yang paling berkesan sih waktu Asphoria main di Kick Fest Bandung. Lagu Living In The World of Atrocity juga dipake di sebuah festival di Jerman. Ada email yang isinya permintaan izin penggunaan lagu itu. Itu karena kualitas musikal Asphoria yang memang bagus. Saya merasa kurang aktif berperan sebagai manager. Tapi tentu tetap berusaha semampunya, karena memang menyenangkan. Bayangkan, kamu jadi manager di band idola kamu sendiri. Oiya Asphoria rilis 3 single lagu cover loh. Mereka juga baru rilis video klip. Simak sini!




Finding Nadia. Sudah lima tahun lewat sejak saya, Rona, Van dan Cet bikin band dari tingkat satu kuliah. Dari sama-sama suka musik emo-punk, nyanyiin band-band genre itu, teriak-teriak di asrama TPB C1, rilis minialbum awal 2010, dan lagu-lagu baru belum jadi sampe sekarang. Finding Nadia sebenarnya potensial. Musiknya menurut saya berkarakter, semacam perpaduan antara Alesana, Aiden, Rufio. Sebuah clothing line  dari Semarang pernah endorse Finding Nadia. Tapi ya gitu, setelah A Huge Difference Between Zero and The Number After, lagu baru memang ada. Latihan pernah jalan, tapi stuck beberapa kali, yang rilis baru Pagi Ini di Semester Akhir. Itu pun setelah reuni pasca Finad ditinggal Van, Cet sama Deni. Tapi sekarang semua udah lengkap, kecuali Deni yang dulu pegang drum. Rencananya tahun ini lagu-lagu baru Finding Nadia mau direkam. Awas!





Awal 2011, ada sebuah acara musik di kampus, anak KPM yang bikin. Saya ditawari manggung. Saya kontak Limpy, Maul, Fan sama Kentung. Semuanya ternyata bisa. Kami tanpa latihan sebelumnya, berbekal pengalaman tampil bersama sebagai Unholy Vein di akhir 2010, kami langsung naik pentas. Little Boy (lagunya Unholy Vein) sama Life (lagunya Killed By Butterfly) sukses dibawakan. 


Setelah itu, kami minus Fan bikin band baru. Awalnya band ini belum mau menamai diri, tapi lagu-lagu udah siap, tabungan Kentung, Limpy sama Ikiw yang biasa bikin lagu pake sikat gigi, dus kertas dan gitar. Akhirnya disepakati band itu bernama Failed Plastic Surgery. Lagu band ini lebih seru lagi. Bayangkan, dalam satu lagu, misalnya Backstabber, ada part yang temponya lambat tapi dicampur scream Limpy. Di lagu lain ada nuansa Nu Metal-nya Limp Bizkit, Punk Rock Blink 182, sampe Metal ala Bring Me The Horizon. 

Akhir tahun 2011, Limpy lulus, Ikiw lulus, Kentung lulus, mereka kerja. Limpy di Sulawesi, Ikiw di Sukabumi, Kentung keliling Jawa. Tinggal saya dan Maul tersisa. Rencana rilis album tertunda. Sibuk sama kerjaan, di 2012 kami jarang main bareng lagi. Pernah kami latihan tanpa Limpy. Pas Limpy ambil jatah cuti buat balik ke Bogor dan main band, pulangnya efek gitar saya digondol maling. Nah itu juga bagian paling sedih di tahun 2012. Semua mainan saya raib, termasuk kamera. Sekarang saya pake kamera saku. Koleksi fotonya disini. Tapi sudahlah, kita omongin yang senang-senang aja. Di awal 2013, satu minialbum siap dirilis. Kali ini beneran ada progresnya. Haha. Tujuh lagu udah direkam, tiga dari lagu-lagu itu udah dimaster, sisanya lagi dimixing. Bahkan Failed Plastic Surgery ganti nama, jadi Operasi Plastik. Satu single bisa kamu unduh dan dengar secara legal dan gratis disini.




Clumsy Little Boy paling menyedihkan. Pasca kami lulus, susah ketemu. Yandi kerja di Kuningan, Yogi di Jakarta. Dia tetep ngeband sama Iniqita. Saya sama Ikiw masih main di Operasi Plastik. Saya sebenarnya menyesal menyetujui lagu baru yang justru dimasukin ke album kompilasi Max!! Vol 3. Dua lagu lain lebih unik sebenarnya. Ini dokumentasi terakhir kami sebelum off. Jadi, di 2012 saya cuma tampil di acara ini.


Cita-cita terakhir yang saya presentasikan di pelatihan JDP 7 adalah pingin punya aktifitas sosial. Saya bilang kalau perkampungan sekitar kantor juga rasanya perlu dibantu, pasalnya disana ada semacam tempat pembuangan sampah, ada anak-anak disana. Tadinya saya mau bikin kegiatan sosial disana. Tapi pas cek ke lokasi, rasanya ga bisa ini kalau sendirian. Harusnya saya berkegiatan sama organisasi. Lalu ada sebuah panti asuhan di samping mesjid taman cahaya, tempat saya jumatan kalau ga jumatan di kantor. Saya pernah menawarkan diri jadi relawan disana, ngasuh bayi kek, ngajak main kek. Saya kasih nomor kontak. Dua kali saya berkunjung kesana, tapi ga ada kelanjutan. Jadi sampai sekarang misi ini belum berhasil. Masih ada 9 tahun lagi. Hehe.


Di tahun 2012, saya juga mulai berusaha bergaya hidup ekologis, ga pake pembungkus plastik. Tiap beli makanan misalnya, saya suka bawa kantong plastik sendiri, atau pake totebag. Ada kejadian unik. Begini ceritanya:




Di tahun 2012, saya juga koleksi kliping Kompas. Sejak Maret 2012, saya langganan Kompas. Ada yang sempat tanya, kenapa langganan Kompas, padahal koran itu bisa dibaca online? Menurut saya ya beda aja rasanya, baca tulisan versi fisik sama versi digital. Kelebihan lain dari baca versi cetak, selain lebih praktis bacanya, kita bisa simpen artikel-artikel bagus buat dibaca lagi kapan-kapan.




Can I Say Magazine sudah rilis 11 edisi tahun lalu. Edisi 12 masih mogok di dapur desain. Sementara nunggu edisi 12 rilis, baca dulu edisi 11 disini.

Di tahun 2013 ini sepertinya saya tetep fokus ke 6 gol yang dipresentasikan Februari 2012. Sebelum mempresentasikan itu, saya bilang kalau selama hidup, saya mau melakukan hal-hal yang disuka. Yang saya suka ya setidaknya enam hal diatas. 

Jhoni Erly Pun Pindah Rumah




Senin, 21 Januari 2013

Menunggu Aris


Mas Joko, piye kabar mas disana? Lasmi disini sehat Mas. Sudah ketemu Aris Mas? Anak pertama kita itu memang rajin. Dia mirip kamu, meskipun dia mungkin ga inget betapa gagahnya kamu waktu masih seusia dia. Aris masih terlalu kecil waktu Mas pergi. Si Aris itu udah anaknya getol, sopan, pinter pula. Mas mungkin masih ingat waktu Lasmi dulu sering kirimin nilai-nilai rapotnya yang bagus. Sayangnya Aris ga bisa sekolah tinggi-tinggi. Biaya sekolah sekarang mahal Mas. Bisa lulus SMA saja udah sukur. Aris sekarang kerja di gedung Mas, katanya tempat kerjanya mewah, gedungnya tinggi, ada di tengah kota. Lasmi seneng dengernya, meskipun dia disana jadi petugas kebersihan. Gajinya sih ga seberapa, tapi lumayan. Lasmi sekarang masih jual gorengan, tapi cuma masakin, Aris yang jual. Anak itu memang ga pernah malu kerja apapun, katanya yang penting halal, lumayan buat tambahan penghasilan.

Sehari sebelum Aris terakhir kerja, dia sempet pijitin Lasmi Mas. Dia juga beliin Lasmi daging ayam, dia masakin sendiri. Enak banget masakan dia. Andri juga dikasih. Andri bilang dia pengen kerja kayak Mas-nya. Sekarang dia kerjanya jaga kios pulsa. Gaji Andri ga segede Aris, tapi Andri masih rajin nabung, katanya buat modal jualan.

Mas Joko, Jakarta banjir lagi. Mas pasti belum pernah ngalamin banjir segede ini. Bayangin Mas, presiden aja kebanjiran. Aris tetep kerja. Dia ga pernah lewatin kebiasaannya nyium tangan Lasmi sebelum berangkat. Aris biasa berangkat pagi, biar ga kena macet. Pulangnya malem, gara-gara kejebak macet katanya. Lasmi curiga, kok malam itu Aris ga pulang-pulang? Padahal Andri udah beliin Lasmi nasi padang. Lasmi bilang makannnya nanti nunggu Aris pulang, biar makan sama-sama. Tapi Aris lama ga pulang, perasaan Lasmi mulai ga enak. Mungkin dia terjebak banjir. Jalanan Jakarta kebanjiran Mas, sampai banyak mobil kerendam.

Lasmi ga mau makan sebelum Aris pulang. Kasihan, pasti Aris juga belum makan. Aris waktu itu sudah dua hari ra pulang. Lasmi kaget waktu dengar kabar Aris udah nyusul Mas, katanya kebanjiran di gedung tempat dia kerja. Awalnya Lasmi ga percaya. Gedung Aris kan tinggi. Masa banjirnya sampe atas gedung? Ternyata benar kata orang-orang. Aris tenggelam Mas. Pasti sekarang Aris wis sama Mas disana. Gimana kondisi Aris disana Mas? Pasti Mas kaget, dia sekarang mirip Mas waktu muda, waktu kita baru nikah di Tulungagung dulu. Aris harusnya memang sudah waktunya menikah Mas. Tapi belum ada yang cocok katanya. Sekarang Lasmi cuma bisa nagih cucu ke Andri. Doakan ya Mas, semoga Andri cepat nikah, cepat punya anak. Maaf Lasmi baru bisa kirimin Mas surat lagi. Sekarang Lasmi sudah ga sesehat dulu, buat jalan saja susah. Kata orang, saraf Lasmi kejepit. Ini aja suratnya ga Lasmi anter langsung. Lasmi minta Andri simpenin di pusara Mas Joko. Semoga Mas disana bahagia sama anak kebanggaan kita.

Sulasmi


Rabu, 16 Januari 2013

Vocalista Angels

Di Klaten Jawa Tengah, ada sebuah kelompok paduan suara yang meraih prestasi gemilang di kancah internasional. Awalnya mereka menjuarai kompetisi paduan suara di tingkat kecamatan, kabupaten, menjuarai Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi), meraih medali emas di kompetisi paduan suara di Korea Selatan, China, Amerika Serikat, menempati posisi ke-8 paduan suara terbaik sedunia diantara 1000 kelompok paduan suara lain, dan banyak prestasi lain yang mereka raih, padahal mereka dari daerah, dengan berbagai keterbatasan dan tantanggannya sendiri. Tengok saja deretan tanda penghargaan di foto diatas. Nama kelompok paduan suara ini adalah Vocalista Angels. 


Vocalista Angels bermula dari kecintaan seorang warga Klaten yang juga aktif di kegiatan-kegiatan gereja. Ia lalu merintis sebuah kelompok paduan suara dengan mengundang anak-anak di sekitar kediamannya untuk bergabung. Penghasilannya sebagai agen penyalur bahan bakar gas disisihkan untuk membiayai kelompok paduan suara yang ia lahirkan. Kesulitan finansial untuk membiayai Vocalista Angels berkompetisi ia akui bukan hal yang aneh, tapi ia tetap bertahan. Buahnya, Vocalista Angels kaya dengan prestasi. Thea Sulistyo sang ibu Vocalista Angles pun bangga dengan pancapaian itu.


Vocalista Angels menggunakan rumah sang pembina sebagai tempat berlatih

Anak usia sekolah yang tinggal di Klaten ikut serta dalam kelompok paduan suara ini. Meski awalnya terinspirasi dari paduan suara gerejawi, Vocalista Angels kini didukung personil dari ragam latar belakang keyakinan. Mereka juga mamapu tampil dalam beragam kegiatan keagamaan berbeda.


Pelatih Vocalista Angels tidak menerima serupiah pun bayaran uang. Ia mengaku melakukannya sebagai wujud dari ajaran ayahnya yang seorang pendeta. Menjadi pelatih Vocalista Angels tanpa bayaran adalah wujud pengabdian seperti yang diajarkan sang ayah. Meski seorang kristiani, ia juga melatih para santri untuk melantunkan shalawat di pesantren sekitar Klaten.

Sabtu, 12 Januari 2013

Sri Gethuk

Hari ini saya meliput sebuah tempat wisata di Gunung Kidul Yogyakarta. Tempatnya eksotis, indah. Saya akan ceritakan berdasarkan foto yang ada penampakan sayanya. Hehe. Foto berikut adalah karya Cak Piet, simak karya beliau yang lain disini.

Kita bisa menuju air terjun dengan menggunakan rakit. Cukup membayar sepuluh ribu rupiah, maka perjalanan beberapa menit sebelum ke air terjun lebih seru. Sebenarnya kita juga bisa kesana melalui pematang sawah di bagian lain kawasan wisata ini.


Saya berbincang dengan Pak Sumarno, pemandu wisata di air terjun Sri Gethuk. Nama Sri Gethuk berasal dari nama gamelan mistis yang sering terdengar di kawasan ini. Mitos soal air terjun ini juga bercerita tentang 7 bidadari yang bertugas menjaga si gamelan, makanya ada nama Sri di air terjun ini. Ada juga yang bilang air terjun Slempret, karena ada bunyi terompet juga di set gamelan mistis tadi. 


Saya di samping sebuah prasasti yang penuh dengan jejak vandalisme. Prasasti itu berhuruf jawa, bertahun 1933. Sebelum dan sesudah berfoto, saya menaiki 99 anak tangga menuju pangkal air terjun.

Saya di puncak air terjun Sri Gethuk yang tingginya 80 meter. Air terjun ini menjatuhkan air yang berasal dari tiga mata air yang jarak antar mata airnya tak lebih dari 300 meter. Kemarau? Jangan takut, ada sumber air disini. Di kanan saya lembah sungai Oyo mengalirkan air muntahan Sri Gethuk.


Saya menyantap tiwul, makanan khas warga Gunung Kidul yang pernah menjadi makanan pokok warga daerah ini. Tiwul terbuat dari singkong.