Selasa, 29 November 2011

DEMONIAC

Tulisan di bawah ini dibuat oleh Limpy 

Ini adalah cerita singkat yang terinspirasi dari sebuah band keren dari Indonesia bernama Failed Plastic Surgery. Cerita gila ini berawal dari sebuah mimpi. Mimpi untuk menjadi band terkenal, mimpi untuk menjadi besar. Karena segala sesuatu berawal dari mimpi. And this dream leads them to eternal success! JEAAAAH!!!

DEMONIAC adalah band death metal asal Bogor yg terbentuk oleh 5 org mahasiswa IPB. RICK, LIM, dan KEN adalah mahasiswa angkatan 43; REZ angkatan 44; dan MAW angkatan 45. Mereka mempunyai deretan lagu2 cadas yang belum pernah dipertunjukkan ke publik. Mereka latihan setiap hari dan merekam lagu2 mereka di sebuah gubuk rekaman si daerah Bogor. DEMONIAC mempersiapkan semuanya tanpa gembar gembor, semua serba low profile. Mereka berencana untuk tiba2 muncul discene musik Kota Hujan dengan sebuah album yang mencengangkan. BOOOOOM!!!!

RICK, sang bassist, yg diduga homo, adalah yg pertama kali lulus kuliah diantara mereka berlima. Rick yg merupakan lulusan peternakan kemudian bekerja di pabrik susu super terkenal yg memasok kebutuhan susu utk bocah, remaja, dan bahkan manula seluruh Indonesia. Hari2nya sangat sibuk memerah susu sapi dari hari Senin hingga Sabtu. Pabriknya terletak di kota Sukabumi, jadi Rick hanya punya waktu hari Minggu untuk kembali ke Bogor dan latihan band dgn teman2 DEMONIAC. Entah tangannya yg sudah terbiasa memerah susu masih fasih memerah senar2 bass. Yg pasti kehadirannya setiap hari Minggu sangat dihargai oleh teman2nya karena dgn begitu lengkaplah formasi kematian band DEMONIAC ini walau cuma 1 hari dlm 1 minggu.

Gitaris DEMONIAC, KEN, adalah mahasiswa mahatambun yang lulus kedua, menyusul Rick. Dia adalah mahasiswa perikanan, yang malah kerja di bidang perbankan. Tapi tak apalah, karena mahasiswa IPB memang cerdas2 dan serbabisa. Keahlian dia men-tapping gitar dengan 4 jari digunakannya untuk menghitung uang dgn 4 jari. Org yg melihat dia sedang menghitung uang pasti langsung mengira bahwa Ken sedang men-tapping gitar, tapi ketika dilihat lebih jelas ternyata itu buka neck guitar, melainkan segepok seratusribuan!! Ken bekerja di sebuah bank swasta di Jakarta. Dia mempunyai waktu senggang setiap hari Sabtu dan Minggu, maka itu DEMONIAC masih tetap bisa menjerit di studio lokal Bogor setiap hari Minggu.

 LIM, sang vokalis, adalah mahasiswa pertanian yang memiliki perawakan tubuh yg kurus seperti bambu bergoyang. Kalau tertiup angin, dia pasti bergoyang “Klontang2…”. Sebenarnya Lim dan Ken lulus pada saat bersamaan, tp Ken si keparat itu sedang beruntung jadi dia kerja lebih dahulu. Si malang Lim yang sudah lulus menikmati masa menganggur di rumahnya di Jakarta sambil sesekali mengitari Ibukota, utk mencari pekerjaan yg layak. Beberapa wawancara kerja dia hadiri dan suatu hari masalah pun datang. Masalah yg akan merubah kehidupan para band member DEMONIAC selamanya.

Masalah itu adalah…Lim diterima kerja di sebuah perkebunan di Kalimantan! Padahal DEMONIAC belum selesai merekam tembang2 penyayat telinga mereka. Album perdana DEMONIAC masih 40% rampung dan bahkan band DEMONIAC belum pernah tampil di gigs2 Bogor!!! Band yg bagaikan jeritan neraka itu, yg akan membombardir Bogor itu, yg akan mengubah Kota Hujan menjadi Kota Kemarau Berkepanjangan itu TERANCAM bubar!!!

Lim sempat berdiskusi dengan teman2 DEMONIAC. “Mau dibawa hubungan kita..” begitu ujar Lim, galau. Tetapi masih ada bara api menyala pada para band member DEMONIAC. Mereka memutuskan untuk vakum, tapi mereka bertekad untuk meneruskan proyek dahsyat ini beberapa tahun kemudian, setelah Lim kembali kerja dari Kalimantan. Itupun kalau Lim kembali.

Beberapa bulan tidak latihan, mereka serasa MATI. Mereka sangat kangen pada tembang death metal DEMONIAC. Hidup tanpa musik adalah mati. Lim pun mempunyai sebuah ide gila, dia merekrut teman2 perkebunannya di Kalimantan untuk menjadi additional member DEMONIAC. Lim dan 4 org additionalberhasil membentuk DEMONIAC dan tampil di gigs2 Kalimantan. Lim meminta izin kepada teman2nya untuk membesarkan nama DEMONIAC di Kalimantan. Segera DEMONIAC menjadi band yang sangat terkenal di Kalimantan. 75% kebakaran hutan di Kalimantan disebabkan oleh musik DEMONIAC yg PANAS!

REZ adalah gitaris DEMONIAC yang lulus pada urutan keempat. Dia adalah mahasiswa IKK yang bertampang sangat alim dan taat beragama. Orang mungkin mengira dia adalah antek NII. Tp jangan salah, jika diberi gitar, kepribadiannya berubah 180 derajat! Dia bisa menjadi buas dan menakutkan cewek2.. “Masya Allah kak Rez…” begitu kata adik2 kelasnya. Maka itu jangan pernah meminjamkan alat musik kepada Rez, bahkan Rick pun kapok ketika dulu pernah meminjamkan bass Yamaha kesayangannya kepada Rez. Bass Rick sukses diputar2 Rez dengan gaya Deathcore ala BMTH. Setelah lulus kuliah, Rez lebih memilih untuk mengadu peruntungan di Kota Hujan sebelum kembali ke kampung halamannya di Garut. Berdua dengan MAW, sang drummer DEMONIAC yang belum lulus itu, mereka mencari 3 org additional member dan tidak mau kalah dgn LIM. DEMONIAC yang dibentuk Rez dan Maw pun mengibarkan bendera di gigs2 underground Bogor.

Ken yang sibuk menghitung uang di Jakarta dan sudah lama tidak kembali ke Bogor pun merasa terpanggil. Ken juga mengikuti teman2nya membentuk DEMONIAC di Jakarta bersama 4 orangadditional yang dia rekrut di banknya. Begitu pula dengan Rick yang sibuk memerah susu, lama2 dia juga kangen memerah senar bass Yamahanya. Dengan 4 org additional yang dia rekrut, Rick membentuk DEMONIAC di Sukabumi.

Dengan demikian ada 4 band DEMONIAC, yang sebenarnya merupakan satu band. Ini adalah metode yang sangat gila dan tidak wajar, band pertama yang menggunakan cara seperti ini. Maka itu jangan kaget jika membuka halaman Myspace DEMONIAC, di bagian upcoming shows-nya Anda mungkin bisa melihat 4 jadwal manggung pada hari dan jam yang sama, tapi di 4 area yang berbeda yaitu Kalimantan, Jakarta, Bogor, dan Sukabumi!!!! SUNGGUH KEPARAT!!!!
Mereka pun semakin besar dan besar. Para pengamen mulai menyanyikan lagu2 mereka, begitu pula dengan anak2 sekolah dan juga para metalheads yang sudah berumur mulai meng-cover lagu2 mereka dan menguploadnya di Youtube. Indonesia dilanda demam Death Metal!! Sesekali Rick, Lim, Ken, Rez, dan Maw berdiskusi via jejaring sosial mengenai kemajuan DEMONIAC di daerah mereka masing2.

Menjelang liburan akhir tahun, Lim akhirnya pulang dari Kalimantan! Para member inti DEMONIAC akhirnya berkumpul dan mengadakan konser besar2an di GBK Jakarta. Konser bertajuk REUNITED itu SOLD OUT dan SUKSES membakar Jakarta!!! Fans2 dari Kalimantan, Sukabumi, Bogor, dan seluruh Indonesia memadati GBK. Para additional dari tiap2 band DEMONIAC pun memadati kursi VIP. Semua kompak headbang ketika riff2 berat dan breakdown2 dahsyat dilantunkan. Tembang DRINKING BLOOD dan I RAPED HORSES yang menjadi andalan mereka sukses menggoyang Ibukota.

Detik menjadi menit, menit menjadi jam, jam menjadi hari, hari menjadi minggu, dan minggu menjadi bulan. Bulan-bulan pun berlalu, konser REUNITED menjadi legenda. Semua orang membicarakannya. Band2 baru bermunculan, mereka semua mencoba menyaingi kesuksesan DEMONIAC. Saat itu MAW, drummer DEMONIAC, akhirnya lulus kuliah. Maw sebelumnya adalah mahasiswa SIL, sebuah jurusan baru di IPB. Maw adalah seorang anak yang alim. Berbeda dengan Rez, bahkan jika Maw diberi sebuahdrum set dan stick drum pun dia tetap alim. Tetapi dia sangat handal bermain drum dan hampir semua alat musik. Bahkan dia memutar2 badan Lim yang sekurus stick drum itu.

Maw berencana melanjutkan studi di Amerika. Tetapi itu bukanlah sebuah masalah bagi DEMONIAC, tetapi malah merupakan suatu keuntungan! Belajar dari pengalaman sebelumnya, si keparat alim itu diam2 malah berhasil membentuk cabang DEMONIAC di Amerika dan dilirik label2 besar seperti INTERSCOPE dan ROADRUNNER. Akhirnya DEMONIAC menjadi band Death Metal pertama dari Indonesia yang berhasil GO INTERNATIONAL!!! Maw mengajak Rick, Lim, Ken, dan Rez menetap di Amerika dan mengadakan DEMONIAC AMERICAN TOUR!!


THE END?

Senin, 28 November 2011

Sua Raptor

Terakhir kali saya naik gunung adalah saat tingkat pertama, ke pemancar di gunung Cikuray Garut, sebelumnya pernah juga ke gunung Talaga Bodas di Garut juga. Selama di Bogor, saya belum punya kesempatan naik gunung lagi, sampai temen-temen UKF (Uni Konservasi Fauna) ngajakin ke ujung kolun selama 2 minggu. Lama banget ya, akhirnya saya ga jadi berangkat. Haha. Untungnya ada kesempatan lain buat naik gunung di Bogor, yaitu ikutan acara Sua Raptor UKF 2011. Awalnya saya kira kami bakal jalan kaki jauh banget, bikin tenda, dll, kayak waktu ke Talaga Bodas. Eh ternyata, yang ini lebih enak, tinggal naik mobil. Hehe. 

Acara Sua Raptor itu seru banget. Saya bukan anggota resmi UKF, tapi para aktivis organisasi itu sangat terbuka ke saya dan semua peserta, buktinya kesan peserta lain juga positif. Selama mengikuti kegiatan itu, saya membuat data dokumentasi berupa foto dan video yang bisa kamu lihat di bawah ini. Oiya, foto yang banyakan orangnya, ukurannya lebih gede, klik aja fotonya :)

















































Senin, 21 November 2011

Ira dan Charisa


Little Girl Named Ira by Rheza Ardiansyah


Ini adalah rekaman suara Ira, anak pemilik warteg tempat saya biasa makan di Bogor. Ira menyanyikan sebuah lagu berjudul Cingcangkeling.

Charisa by Rheza Ardiansyah

Charisa adalah seorang anak yang saya temui di ATM center BNI Darmaga. Saat itu sudah malam, Charisa belum pulang ke rumahnya. Dia masih menenteng plastik sumbangan dan menyodorkannya ke arah orang yang baru keluar ruang ATM, berharap ada denting suara koin dan tambahan berat plastik yang ia tenteng bersama kakaknya.

Minggu, 20 November 2011

Dibalik Video Open Mic Kelima

Di IPB ada sebuah jenis perkumpulan baru di bidang jurnalistik, namanya IPB Youth Journalist. Komunitas ini berfokus pada produksi karya jurnalistik berupa film dokumenter dan tulisan. Saya daftar buat jadi salah satu peserta, soalnya mereka nanti bakal dapet pelatihan khusus tentang pembuatan salah satu dari dua jenis karya jurnalistik tadi yang paling kita minati. Saya pilih fokus di pembuatan karya jurnalistik video. 

Saat itu saya sedang berkunjung ke direktorat kemahasiswaan IPB, mau ketemu Bu Mega, ternyata ketemu Kak Cahyo juga, petinggi komunitas diatas. Saya tanya kok pengumuman kelulusan buat training belum keluar? Katanya ternyata sudah keluar, malangnya saya ga lulus, makanya ga dihubungi. Hehe. Disana juga ada Kak Dayat. Kata kak Dayat saya di syarat nomor 1 aja udah ga lulus, saya bukan lagi mahasiswa IPB, udah lulus soalnya. Hehe. Tapi kata Kak Cahyo, besok pas pelatihan saya datang aja kalau mau. Akhirnya besoknya saya ikut pelatihan.

Di hari kedua, saya berhalangan ikut pengambilan gambar, baru bisa datang siang. Saya merasa ilmunya setengah-setengah, jadi saya pinjam lah tripod dari panitia untuk bikin video sendiri tentang Open Mic nanti malamnya. Saya lalu janjian sama narasumber, datang ke lokasi syuting, nonton open mic, malamnya langsung konversi video, paginya ngedit dan publish. hehe. Keikutsertaan saya di komunitas itu memang secara de jure tidak sah, tapi setidaknya melalui karya di bawah saya menunjukkan bahwa saya sangat berminat untuk menuntut ilmu disana.

Dua foto di bawah ini adalah adegan yang menunjukkan proses peletakan posisi kamera yang pas. Selama pengambilan gambar, saya sendiri yang mengoperasikan kamera (Ipunk sebenarnya saya minta menekan tombol record untuk satu sesi pengambilan gambar saat saya ada di luar ruangan).






Selama proses wawancara, ada juga hal lucunya. Contohnya ketika saya mewawancarai Bang Levi dan Bang Rifki, tonton deh. Kocak :D





Akhirnya, setelah video mentah tadi diolah dengan Ulead 11, jadilah video di bawah ini. Sebenarnya di awal saya berniat mengolah gambar dengan Adobe Premier Pro yang dipelajari di pelatihan hari kedua, tapi kok tiba-tiba males ngulik lagi fitur-fiturnya. Haha. Video di bawah ini juga saya tayangkan untuk Can I Say Magazine.


Menyimpan di Tempat Teraman

"Tempat paling aman buat nyimpen rahasia 
adalah di tempat umum"

Pernyataan diatas saya baca di buku The Jacatra Secret. Kalimat itu dicetuskan oleh George Washington. Sebenarnya kuotasi itu dikaitkan dengan peletakan rahasia secret society yang disematkan di kode-kode tertentu di tempat umum, tapi yang akan saya bahas selanjutnya bukan soal itu. Ini soal menyimpan jejak, atau bolehlah dibilang kenangan. Kalau semboyan Eyang Washington tadi dimodifikasi, kira-kira bunyinya jadi gini:

"Tempat paling aman buat nyimpen data adalah di internet"

Di kesempatan pertama bertugas sebagai reporter Koran Kampus IPB, saya mendapat kesempatan mewawancarai salah satu penggiat Blogger IPB, Aziz Nurussadad. Katanya kalau kita nulis di kertas, atau di tembok, mungkin tulisan kita hilang, tapi kalau kita nulis di blog/internet, tulisan kita bakal ada selamanya.

Berangkat dari logika berpikir macam gitu tadi, saya lalu mengunggah dua file yang nangkring di folder rekaman suara. Mungkin suatu hari nanti ketika saya dengar rekaman suara ini lagi, saya ingat bahwa ketika kuliah saya punya seorang teman dekat, Fanfan.

Rheza and Fan - Brilliant Color of The Night (Asphoria Cover) by Rheza Ardiansyah

Rheza and Fan - Funeral For Torquoise (Asphoria Cover) by Rheza Ardiansyah

Jumat, 18 November 2011

Gitar, Pianika, Biola

Berikut ini adalah dua lagu yang saya mainkan dengan tiga alat musik yang tertulis di judul, gitar, pianika dan biola. Lagu pertama adalah I Don't Wanna Know. Lagu ini aslinya punya New Found Glory. Pertama kali saya dengar karya band asal Amrik itu adalah waktu SMA. Saya dipinjami kaset album Catalyst oleh sahabat saya semasa SMA, Gravito Eko Virando.




Lagu kedua ini judulnya Nothing To Fear, milik White Shoes and Couples Company. Sejak pertama kali dengar lagu ini, saya tertarik sama bagian biolanya dan kepikiran buat mainin part itu. Eh ternyata enakan pake pianika, soalnya pake biola saya masih belum lancar. hehe. Awalnya departemen vokal bakal diisi sama vokal beneran, Vita Desy yang tadinya siap ngisi, tapi ga jadi. Akhirnya line vokal diganti biola. Suara biola di lagu aslinya disubstitusi sama campuran pianika sama biola asli. Beginilah jadinya:


A Day That I'm No Good At

Pertama kali saya denger "a day that i'm no good at" adalah ketika suatu hari saya sedang berada di markas MAX!! sama Fikri. Waktu itu Fikri setel lagu dari laptopnya, keluarlah lagu dengan titel diatas. Saya sudah menduga, ini pasti lagu barunya Me And UFO Lovers (MAUL), ternyata bener. Saya langsung copy lagu itu, pas malemnya, saya dengerin terus itu lagu ga bosen-bosen, sampe ga mau tidur saking pengen dengerin terus, beneran.

Saya jatuh cinta sama lagu itu. Belakangan diketahuilah bahwa lagu itu menyimpan misteri. Soal misteri ini saya jauh lebih serius, beneran itu misterius. Kata kuncinya akrostik. Teman-teman bisa menemukan kode rahasia dibalik lagu itu, brilian. Belakangan ternyata lagu ajaib itu gabung sama lagu ajib lain di deretan menu album Notes About Life karya Asphoria. Nih lagu aslinya.


Saya lalu kepikir buat menyanyikan ulang lagu ini dengan gaya sendiri. Ide itu muncul tanggal 29 Agustus 2011, bermula dari aktivitas dentang-denting gitar di rumah. Hari itu saya langsung rekam, lalu mengendap hingga tanggal 19 November 2011 data rekaman itu diolah sampe jadi video di bawah ini. Sebelumnya MothersFathers (nama panggung Fikri yang saya ceritain diatas) juga udah modif lagu ini juga, bahkan masuk jadi salah satu album solo dia. Saya juga sempet kepikiran nambahin versi Fikri itu sama biola, tapi ga jadi. hehe. Akhirnya jadilah a day that i'm no good at versi saya ini. Enjoy! ;)



Rabu, 09 November 2011

Di Jalan: Ada Polisi

Siang itu sayang dan adik hendak bertolak dari Dago menuju Limbangan. Di depan terminal Cicaheum, laju kendaraan melambat. Ternyata ada razia polisi, dan malangnya, seorang petugas berurutan mengarahkan telunjuknya ke motor saya dan pinggir jalan. Surat-suratan sudah saya keluarkan, aman semua. Tiba-tiba pak polisi tanya, "Kang Rheza kenapa lampunya ga dinyalain?" mampus, saya lupa nyalain lampu. "Oh iya pak lupa, ini langsung dinyalain kok," sambung saya reaktif. Si bapak malah nyuruh saya nyamperin dia, SIM-STNK dia pegang. Katanya tanggal 18 saya ada waktu ga? Sial. Saya bilang ga bisa, lalu pak polisi nawarin titipin denda ke dia. Trus si pak pol buka buku kecilnya tempat dia nyatet, di bagian belakang ada kertas kecil yang dilaminating, isinya jenis pelanggaran, undang-undang yang sepertinya ngatur sanksi, dan nominal denda. Atas pelanggaran saya yang lupa nyalain lampu, di kertas itu tertulis denda 100.000, tapi si bapak bilangnya setengahnya aja. Saya ga banyak omong lah yang penting bisa jalan lagi. Setelah ngasih uang+tanda tangan di form penyerahan, saya pergi lagi membawa perasaan kesal. Kalo memang segitu doang pelanggarannya, kenapa ga ngingetin aja dari pinggir jalan, suruh nyalain lampu, kan jelas efeknya, si pengendara jadi sadar saat itu juga, tanpa ada bumbu kejadian lain, tapi yaudahlah. Saya ngaku salah, lupa. Yang saya sesalkan, mereka seakan memanfaatkan pelanggaran sebagai sumber pemasukan. Biar timbul efek jera kali ya, Okelah. Sistemnya yang salah kali ya, sehingga para penegak hukum tadi malah harus dijadiin musuh gitu. Salah mindset sayanya juga kali ya, sebenarnya polisi ga sejahat itu kok.

Di bundaran deket IAIN Bandung ternyata macet, tepat di depan saya sebuah mobil box mengantri maju. Di bagian belakang mobil itu ada sebuah tulisan, All Cop are Bastard. Saya langsung minta adik memotretkan tulisan itu. Ada juga tulisan ironik lain di box mobil itu, katanya Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Bangsat. 



Belakangan ini, citra polisi emang lagi rusak. Terakhir kita denger kabar polisi di Papua dibayar perusahaan luar yang butuh pengamanan disana, dan kapolri bilang itu hal yang wajar. Kritik buat polisi juga muncul dalam berbagai bentuk, diantaranya berupa musik. BRNDLS baru aja rilis video klip Awas Polizei, Ucok Homicide rilis kompilasi/mixtape lagu-lagu tentang kebobrokan polisi. Tapi jangan sedih dulu, masih banyak polisi baik disana, percayalah, salah satunya bang Norman, briptu yang humanis itu.