Selasa, 22 Mei 2012

Coming Soon: Asphoria - Eschatology


Dalam ilmu taksonomi atau penggolongan makhluk hidup, ras manusia memiliki nama resmi homo sapiens, artinya makhluk yang berpikir. Dorongan naluri berpikir itu mendorong manusia menelusuri jawaban atas berbagai hal, mulai dari misteri kehidupan sehari-hari, pencarian entitas bernama Tuhan, awal mula kehidupan, hingga akhir dari peradaban yang mereka bangun.
Rentetan koleksi temuan tentang dunia yang manusia tempati, mengantarkan spekulasi tentang apa yang akan terjadi di akhir tahun 2012. Ada yang punya data tentang saat itu, akhir peradaban manusia akan tiba. Ada juga yang punya pendapat tentang sebuah peristiwa yang menurutnya tak sekatastropik yang ditakutkan. Namun begitulah karakter prediksi, kita tak akan pernah tahu pasti hingga ajalnya tiba.

Reaksi atas penerawangan itu mungkin sudah begitu ramai di sektor kajian ilmiah dengan sajian opini berupa laporan penelitian, jurnal, dan bentuk publikasi lain. Asphoria, trio musisi yang memproduksi melodi indie rock ambient, memberi sumbangan paradigma atas topik akhir 2012 itu, dalam bentuk paket karya atau album yang terdiri dari dua versi. Versi pertama, album ini berisi 9 lagu, tersedia secara digital, halal diunduh dan terbit pada tanggal 6-6-2012 melalui net label Hujan! Rekords. Versi kedua, album ketiga Asphoria ini, muncul dalam wujud cakram padat (Compact Disk/CD), berisi 11 lagu dan dapat diakses di toko-toko CD mulai bulan Juli 2012. Eschatology, begitulah album ini memiliki nama. Kata "Eschatology" yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan akhir zaman, menjadi deskripsi singkat tentang apa yang terkandung dalam album ketiga band asal Bogor itu.

Eschatology diawali lagu dengan titel Copimentation. Lantunan 17 detik denting piano di lagu ini menjadi simbol gradasi perubahan warna pigmen kehidupan. Tentang dunia yang tak seutopis harapan, tentang harapan yang seredup lampu abu, dikisahkan di lagu kedua, Living In A World Of Atrocity. Lagu ketiga, bertajuk serupa judul album yang secara gamblang sekaligus misterius menceritakan tentang si topik sentral, serta deskripsi kejadian-kejadian yang menyertainya. Lagu ini juga menjadi menarik karena juga disertai data-data yang dikemas dalam nada. Departemen drum di lagu ini diisi oleh Irfan Hasibuan, drummer Eleven Fourth yang juga adik dari Maul Asphoria. Eschatology mencerahkan sekaligus menyenangkan.

Persuasi untuk tak lagi menoleh masa lalu yang bisa memancing penyesalan, disampaikan Asphoria di Never Look Back. Bahwa akhir itu ada dan akan tiba, dideskripsikan Asphoria di Descending Down yang berirama pesimis. Tentang kekosongan yang identik dengan akhir yang tak seperti kondisi sebelumnya dan tak bisa diputar balik, Asphoria paparkan dalam Dialek Ruang Hampa. Lagu ini adalah versi lain dari single berjudul sama yang rilis pada tahun 2011 lalu. Fiasco hadir sebagai penerimaan atas apa yang telah terjadi. Dalam lagu ini, Asphoria menghadirkan Pewee In The Garage sebagai rekanan bernyanyi. Leave! adalah gambaran situasi di akhir dunia, ketika ada beberapa yang mengajak menyelamatkan diri, sementara ada juga yang memilih bertahan dan menerima guliran tiap keping kejadian. Versi nonfisik Eschatology diakhiri dengan This Is Not The End yang padat dengan kidung nyanyin para prajurit yang berserah diri setelah berjuang. Nyanyian ini adalah penggalan dari salah satu adegan di film Atonement.

Versi fisik Eschatology akan terdengar lebih lengkap, karena disertai This Bright White Snow dan World Of Silence. This Bright White Snow pertama kali diluncurkan di tanggal 31 Maret 2012, bertepatan dengan perayaan Earth Hour. Sementara World of Silence direkam secara langsung (live) ketika Asphoria tampil di gelaran Panggung Mahasiswa di Cafe Stevia Institut Pertanian Bogor.

Track demi track dalam Eschatology, disusun menjadi sebuah cerita. Mulai dari dunia yang berubah, timbulnya kesadaran akan perubahan, kilas balik kejadian-kejadian lampau yang mengakibatkan perubahan dunia, munculnya penyesalan, mulai ikhlas menerima, menentukan pilihan hidup yg selanjutnya, hingga berserah diri pada Tuhan.

Bagi kalian yang penasaran materi mereka di album baru ini, langsung saja dengarkan teaser-nya di bawah ini.

Kamis, 10 Mei 2012

Nona Bumi

Setelah dimatangkan selama dua bulan di dalam ruang produksi, akhirnya saya diberi tugas liputan. Liputan pertama saya ini sebenarnya diberikan ketika saya masih di desk nusantara, tapi karena reporter sosbudtek lagi ga ada semua, ya sudah saya yang berangkat.
 



Saya ditugaskan untuk meliput gathering miss earth. Acara itu akan dihadiri para Miss Earth Indonesia, sekaligus mengumumkan bahwa Indonesia telah terpilih sebagai tuan rumah penyelenggaraan Miss Earth 2012. Jadi di bulan Oktober nanti, Indonesia bakal didatangi para Miss Earth dari 149 negara lain untuk memperebutkan gelar Miss Earth 2012. Kabarnya, acara itu juga bakal dihadiri tokoh aktivis lingkungan kaliber internasional macam Bono U2, sampe Al Gore. Hasil liputannya tentu saja hanya bisa kamu saksikan di Metro TV.

Dalam tugas peliputan perdana ini, saya dipasangkan dengan Bang Arif, kameramen yang juga teman sekosan. Saya pernah berlatih bersama dia di liputan yang hasilnya bisa kamu lihat di video di bawah ini.




 Waktu itu Bang Arif ngajarin tentang teknik-teknik peliputan. Doi kan lebih senior, nah liputan ini jadinya ibarat ujian buat saya. Hehe.


Miss Earth ini tujuannya mau buat milik semacam ikon pergerakan cinta lingkungan, tapi ikonnya itu wanita-wanita cantik yang bisa renang, ga takut kotor, berani masuk hutan, dan tentu saja cinta lingkungan. Di kehidupan sehari-hari kita, sisi feminisme melekat dengan bumi. Kita memanggil nusantara dengan panggilan ibu pertiwi, bukan bapak atau paman pertiwi. Kita juga mengenal Gaia si dewi bumi di mitologi Yunani. Pemilihan Miss Earth mungkin memang sudah sesuai dengan kebiasaan kita mengaitkan sifat bumi dengan sosok perempuan, sehingga ga usah dicari Mister Earth, meskipun bukan ga ada cowo-cowo yang mampu jadi tokoh pergerakan cinta lingkungan juga. Tapi yang jauh lebih penting, kita sudah menunjukkan perbuatan yang menyatakan cinta lingkungan.

Minggu, 06 Mei 2012

Kliping

Sejak bulan Maret 2012, saya berlangganan koran. Memang benar, masih ada cara lain yang (mungkin) lebih ekologis dalam memperoleh informasi terbaru, misalnya dengan baca koran-e (epaper), meskipun saya belum tau mana yang lebih ramah lingkungan, mengorbankan kayu dengan baca koran fisik, atau mengonversi energi listrik demi koran digital. Saya memilih koran fisik karena lebih potabel, bisa dibawa kemana-mana. Saya juga memilih baca koran karena paket beritanya sudah disusunkan sesuai dengan isu-isu terhangat hari itu.

Karena merasa sayang jika koran-koran itu harus dibuang, saya lalu membuat kliping. Dengan membuat kliping, saya berniat menyusun kronologi sebuah isu. Saya juga bisa mengoleksi tulisan-tulisan bagus yang bisa dibaca ulang. Dalam membuat kliping tadi, inilah garis besar tahap yang saya lalui:

1. Baca, tandai bagian penting


2. Simpan yang sudah ditandai


3. Pilah sesuai topik


4. Tempel di kertas bekas (saya menggunakan bagian belakang kertas bekas konsultasi skripsi, bekas makalahpraktikan dulu, dan kertas bekas layak pakai lain)


5. Jilid. Awalnya saya akan menggabungkannya dalam satu sampul, tapi ternyata terlalu tebal.


6. Memisahkan berdasarkan topik. Akhirnya saya memisahkan kliping itu per topik, jadi lebih rapi juga akhirnya.

Plastik

Sadar bahwa sampah plastik banyak nilai negatifnya, saya mulai ambil langkah nyata buat mengurangi buang sampah plastik. Jadi, saya sekarang membiasakan diri buat bawa plastik sendiri kalau beli sesuatu. Awalnya saya beli tas kain buat belanja. Tapi ternyata tas kain yang saya siapkan kurang adaptif. Suatu ketika saya beli nasi goreng. Saya minta abangnya ga usah ngasih kantong plastik, soalnya saya bawa tas kain. Dia tetep aja pengen ngasih plastik, ntar minyaknya ngotorin tas katanya, ngotorin buku juga. Akhirnya saya mengalah. Plastik dari tukang nasi goreng itu lalu saya pakai lagi di pembelian berikutnya, sampai plastiknya benar-benar ga bisa dipakai (misalnya dipake bungkus sampah), baru saya buang. Ayo kita mulai bergaya hidup hijau, mulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil, mulai dari sekarang.

Tas Belanja


Dibungkus kantong plastik yang dibawa sendiri


Kondektur







Sabtu, 05 Mei 2012

Rintangan Mengunggah




Rintangan dalam mengunggah video diatas adalah, karena akun youtube canisaymagz tidak bisa menampung video berdurasi lebih dari 15 menit. Akhirnya video penampilan Eyeliner di Panggung Mahasiswa-nya Ladang Seni bisa disimpan di akun youtube pribadi saya. Video diatas bisa dibilang bayaran untuk hutang saya ke Eyeliner. Sewaktu menjadi kru band ini di Fusion Music Festival, saya berniat membuatkan video dokumentasi, tapi urung terlaksana, dan baru sekarang ini video dokumentasi untuk band itu bisa saya buat.





Yang ini masalahnya adalah karena saya mengunggah video di kosan melalui mobile broadband. Saya mulai mengunggah jam 10an pagi. Siangnya saya harus masuk kerja, dan selama istirahat solat, saya bolak-balik kosan, buat ngecek status unggahan. Di pemeriksaan pertama, aman. Persentase unggahan naik, meski lambat banget. Masa setelah ditinggal empat jam cuma naik 3 persenan. Yaaah, namanya juga koneksi seadanya. Di kesempatan berikutnya, pas saya cek ternyata laptop sudah mati. Rupanya kambuh lagi gangguan pasokan dayanya. Saya unggah ulang. Kali ini ditinggal tidur. Besoknya pas bangun, laptop udah dalam keadaan mati, sepertinya gara-gara fitur automatic update dan restart. Saya lalu kompres ukuran videonya yang mungkin terlalu besar, lalu mengunggahnya di kantor. Ternyata disana cepat koneksinya. Video Asphoria diatas pun akhirnya tersaji di jagat internet.