Selasa, 21 September 2010

Kuliah Kerja Profesi (Part 3)

Jika pada mining tour pertama kami mengunjungi tambang di Site Senakin, maka di babak dua tur tambang ini kami berkesempatan berkunjung ke terminal batubara di Pulau Laut.





Sekembalinya dari pulau laut, kami mengendarai speed boat Sadewa, speed boat besar yang biasa digunakan PT Arutmin. Di jalur perjalanan, kami mampir ke pantai Tanjung Batu. Tanjung Batu adalah ibu kota kecamatan Kelumpang Tengah. Pantai di daerah sana juga tak kalah eksotik.








Suatu hari, kami harus ke Pulau Laut untuk menempuh salah satu proses pelaksanaan program. Kami berangkat menuju pulau laut dengan Sadewa, tapi kembali ke Sebuli tidak dengan speed boat yang dijamin aman itu. Pagi itu kapasitas maksimal Sadewa sudah terpenuhi. Kami akhirnya kembali ke Sebuli dengan menumpang speed boat umum yang ukurannya lebih kecil dan terbuka. Bayangkan Anda duduk hampir sejajar dengan permukaan laut. Bayangkan Anda khawatir kendaraan yang ditumpangi diatas air terombang-ambing gelombang laut. Itulah yang kami rasakan dalam perjalanan itu.
Selama perjalanan menuju seberang pulau, kami dihibur rimbun mangrove. Setelah melewati tambahan setengah jam dari durasi yang biasa ditempuh dengan Sadewa, kami sampai di dermaga desa Geronggang. Dari Geronggang, kami harus menyewa mobil dan menempuh satu jam perjalanan lagi menuju Sebuli.







Setelah melalui lebih dari lima puluh hari di lokasi KKP, kami akhirnya meninggalkan Sebuli dan kembali ke Bogor. Sebelum benar-benar pergi meninggalkan Kalimantan, kami melewati hari dengan menyusuri sungai Barito, mampir ke Pulau Kembang yang dihuni berpuluh monyet. Kami juga tak lupa membeli souvenir di Martapura.














Pesona Kotabaru tak hanya habis di citra visual. Lidah Anda juga akan dibanjiri saliva saat manisnya makanan khas banjar memasuki rongga mulut. Mari, saya perkenalkan satu-persatu.


Kue Kararaban


Bingka pecah di ilat


Menu standar prasmanan Desa Sebuli


Amparan tatak pisang

Sekarang kita akan menikmati kisah dibalik figur di bawah ini.


Di sore hari, kami ikut serta para pemuda bermain sepak bola. Tak jarang pembekal--yang berdiri diantara saya dan Yudhis dalam foto diatas--juga turut bermandi peluh bersama warganya


Bersama tim pengibar bendera kecamatan Sampanahan


Di hadapan warisan Belanda


Berlatar sungai sampanahan


Jalan menuju luar Sebuli



Yudhis membulatkan bilangan tahun usianya dengan kejutan berupa siraman di malam hari dan kue yang dibuat warga


Markas kami


Tim kuliah kerja profesi bersama jajaran tim comdev PT Arutmin Site Senakin

Senin, 13 September 2010

Kuliah Kerja Profesi (Part 2)

Tak lucu rasanya, tinggal di daerah tambang batubara, tapi tak tahu ada apa sebenarnya di tambang. Karenanya kami diajak untuk mengikuti tur tambang (mining tour). Dalam tur itu kami dikenalkan dengan kendaraan besar yang biasa beroperasi di daerah tambang, kondisi aktual tambang, hingga kunjungan ke lahan bekas tambang yang telah dikembalikan ke kondisi semulanya berupa lahan produktif.

Perusahaan memiliki sebuah tanggung jawab bernama CSR (Corporate Social Responsibility). Tanggung jawab itu didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu profit, plannet dan people (3P). Agar perusahaan dapat bertahan dan berkembang, maka prioritas keuntungan ekonomis adalah hal yang perlu (profit). Sementara itu perusahaan pun harus bertanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan hidup (plannet), yang dalam hal ini terwujud dalam reklamasi area bekas tambang menjadi lahan yang kembali subur. Masyarakat di sekitar perusahaan juga harus merasakan manfaat kehadiran perusahaan di sekitarnya (people). Salah satu manfaat bagi masyarakat sekitar tambang Senakin PT Arutmin terwujud dalam kehadiran Dahlia. Dahlia adalah area pengembangan potensi pertanian daerah sekitar tambang. Disana dikembangkan pertanian dalam paradigma luas, mulai dari perkebunan hingga peternakan. Dahlia menjadi salah satu mata acara dalam mining tour kami, sekaligus menjadi titik penutup rangkaian tur pertama.


Arena tambang


Mobilnya memang besar, bukan ukuran kami yang diperkecil


Tanah yang kami injak diatas pernah menjadi tambang batubara


Perkebunan Dahlia


Sebelum tahun 2008, disinilah Desa Sebuli

Destinasi wisata sekitar Sebuli didominasi area pantai. Setelah bersilaturahmi ke pantai Senakin, pinggiran darat yang kami kunjungi selanjutnya adalah pantai Tanjung Mahkota. Pantai itu juga terletak di luar desa Sebuli. Untuk menuju kesana, kami melewati medan yang tidak terlalu nyaman. Penghubung antar desa disana belum sempurna. Jalan masih tersusun dengan bebatuan besar. Di beberapa bagian jalan, masih banyak tanah basah yang licin, bahkan ketika atau setelah hujan turun, jalan itu berubah menjadi sungai. Tapi jibaku kami di jalur itu terbayar dengan heningnya pantai tanjung mahkota. Riak ombak merangkak pelan hampir tanpa suara. Kabut yang semula menutupi laut lepas perlahan hilang, menampakkan barisan koral di area dangkal pantai. Jika saja jalur transportasi menuju daerah ini lebih baik, pantai tanjung mahkota pasti menjadi salah satu primadona unggulan tujuan wisata Kalimantan Selatan.



Senin, 06 September 2010

Kuliah Kerja Profesi (Part 1)

Sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi, IPB memiliki tugas menjalankan tridarma perguruan tinggi. Selain bidang pendidikan dan riset, aspek lain dari tridarma itu adalah pengabdian masyarakat. Salah satu wujud nyata dari tridarma ketiga itu tergambar dalam sebuah program bernama Kuliah Kerja Profesi (KKP).

KKP yang diikuti oleh mahasiswa FEMA tahun ini dilaksanakan di beberapa lokasi. Saya bersama 4 rekan sefakultas mendapat kesempatan untuk menjalankan tugas KKP di Desa Sebuli Kecamatan Kelumpang Tengah Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan. Daerah Kalimantan Selatan menjadi salah satu lokasi tujuan KKP FEMA tahun ini sebagai tindak lanjut kerjasama antara FEMA dan PT Arutmin Indonesia. Program KKP dilaksanakan selama 2 bulan. Dalam rentang waktu itu, mahasiswa dituntut untuk mengamalkan keilmuan yang diperolehnya di bangku kuliah.

Untuk menuju Desa Sebuli, kami harus menempuh kombinasi jalur darat, laut, maupun udara. Setelah terbang selama 2 jam dari Jakarta menuju Banjarmasin, kami menempuh 8 jam perjalanan jalur darat menuju Satui untuk kemudian menyeberangi selat dengan feri menuju pulau laut. Setelah beristirahat semalam di mess NPLCT PT Arutmin, kami melaju kembali membelah selat dengan speed boat menuju desa tujuan KKP. Siang di hari berikutnya keberangkatan dari Bogor, kami sudah berada di lintang, bujur dan daerah waktu yang berbeda. Selamat datang di Desa Sebuli, desa yang akan menjadi bagian indah dari memori kami.


Awan di kalimantan memang ajaib, bentuknya selalu indah


Perjalan kami diatas air diwarnai hijau hutan mangrove


Jalan aspal yang berkelok itu ditemani rawa di kiri-kanannya

Desa Sebuli adalah desa yang pernah mengalami relokasi. Aktivitas tambang yang dikhawatirkan mengganggu desa menjadi latar belakang dilakukannya relokasi pada 2008 silam. Mayoritas penduduk desa itu berasal dari etnis Banjar, dengan latar belakang keagamaan Islam yang kuat. Singkong adalah jenis vegetasi dominan di desa itu. rumah-rumah disana berbahan dominan kayu ulin, kayu khas Kalimantan yang terkenal kokoh. Mata pencaharian sebagian besar warga adalah petani. Listrik di desa Sebuli hanya bisa ditemui mulai waktu maghrib hingga sekitar pukul 23.00 per hari. Desa itu dipimpin seorang kepala desa yang biasa dipanggil “pembekal”. Di kediaman pembekal yang masih berusia kepala dua itulah kami tinggal selama menjalankan tugas. Tugas kami di desa ini adalah mengadakan program-program terkait latar belakang keilmuan kami yang dibutuhkan masyarakat Desa Sebuli. Setelah melakukan identifikasi potensi dan masalah, akhirnya kami sepakat untuk merancang dan menjalankan program yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan kelembagaan.



Dalam paket tulisan ini, akan dibahas beberapa hal minor yang menjadi selingan kami dalam menjalani KKP di Sebuli. Masuki 4WD Anda, kenakan helm, kencangkan sabuk pengaman, baca doa. Kita akan menjelajahi kilasan memori.

Kita mulai perjalanan ini dengan kunjungan ke pantai Senakin. Senakin adalah desa tetangga Sebuli yang awalnya menjadi tujuan KKP kami. Senakin batal menjadi lokasi KKP karena Sebuli terlebih dahulu merespon dengan kesiapan bahwa desa itu bersedia dihinggapi para mahasiswa KKP IPB. Pantai Senakin adalah pantai yang biasa ramai di hari raya lebaran, karena memang panorama disana tak usah diragukan keindahannya. Dengan hamparan pasir yang luas, landai dan basah yang diselingi aliran kecil air menuju lautan, pantai itu nyaman dijamah dengan kaki telanjang. Coba tengok foto-foto di bawah ini, bayangkan Anda yang ada disana, dan niatkan bahwa suatu hari Anda akan benar-benar disana.


Stream


Single spirit


Mungkinkah padang mahsyar seindah ini?


Dua pria berkaos hitam di belakang adalah Jacob Black dan Edward Cullen versi Sebuli


Beach wood

Masyarakat Desa Sebuli gemar mengonsumsi ikan. Makhluk air itu adalah aktor utama supplier protein hewani bagi warga. Untuk mendukung kemandirian pangan, desa memiliki sebuah tambak ikan yang dikelola bersama. Tambak dengan kedalaman 20 meter itu adalah eks-kawah tambang. Suasana asri di sekitar tambak menjadi daya tarik tersendiri, sehingga selain produsen ikan, tambak itu bisa menjadi arena pelepasan endorfin yang nyaman.







Istilah "kakek", jika diucapkan dalam bahasa banjar menjadi kai. Kai inilah orang yang berjasa menjaga tambak. Kai Tambak ini juga-dengan keberanian yang gigantik-menyatakan tertarik kepada salah satu wanita di kelompok kami

Kabupaten Kotabaru memang unik. Jika lazimnya pulau utama dijadikan pusat ekonomi dan pemerintahan, maka lain halnya dengan kabupaten ini. Ibu kota kabupaten ada di sebuah pulau di tenggara Borneo, Pulau Laut namanya. Pulau itu tak kalah potensial pesona alamiahnya. Coba kunjungi daerah sekitar siring laut yang selalu sibuk dengan aktivitas pelayaran. Monumen ikan pedang di Siring Laut adalah ciri khas lain pulau ini. Atau coba sambangi pantai gedambaan. Dengan merogoh beberapa lembar ribuan rupiah, Anda sudah bisa menikmati pesona pantai yang langsung berhadapan dengan bukit. Selain tiket, untuk memasuki area pantai itu Anda juga dianjurkan untuk membawa kamera, karena Gedambaan memang terlalu indah untuk dilewatkan rekaman lensa kamera.


Komposisi penduduk di Pulau Laut lebih heterogen. Etnik Cina terlihat cukup banyak disini. Dalam figur diatas, kami berdiri di hadapan klenteng




Siring Laut, monumen kebanggaan Kotabaru













Well, segitu dulu ceritanya, nanti kita lanjut ke postingan kedua ya, masih dalam topik yang sama, Kuliah Kerja Profesi. Selamat hari raya idul fitri, mohon maaf lahir dan bathin. Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.