Sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi, IPB memiliki tugas menjalankan tridarma perguruan tinggi. Selain bidang pendidikan dan riset, aspek lain dari tridarma itu adalah pengabdian masyarakat. Salah satu wujud nyata dari tridarma ketiga itu tergambar dalam sebuah program bernama Kuliah Kerja Profesi (KKP).
KKP yang diikuti oleh mahasiswa FEMA tahun ini dilaksanakan di beberapa lokasi. Saya bersama 4 rekan sefakultas mendapat kesempatan untuk menjalankan tugas KKP di Desa Sebuli Kecamatan Kelumpang Tengah Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan. Daerah Kalimantan Selatan menjadi salah satu lokasi tujuan KKP FEMA tahun ini sebagai tindak lanjut kerjasama antara FEMA dan PT Arutmin Indonesia. Program KKP dilaksanakan selama 2 bulan. Dalam rentang waktu itu, mahasiswa dituntut untuk mengamalkan keilmuan yang diperolehnya di bangku kuliah.
Untuk menuju Desa Sebuli, kami harus menempuh kombinasi jalur darat, laut, maupun udara. Setelah terbang selama 2 jam dari Jakarta menuju Banjarmasin, kami menempuh 8 jam perjalanan jalur darat menuju Satui untuk kemudian menyeberangi selat dengan feri menuju pulau laut. Setelah beristirahat semalam di mess NPLCT PT Arutmin, kami melaju kembali membelah selat dengan speed boat menuju desa tujuan KKP. Siang di hari berikutnya keberangkatan dari Bogor, kami sudah berada di lintang, bujur dan daerah waktu yang berbeda. Selamat datang di Desa Sebuli, desa yang akan menjadi bagian indah dari memori kami.
Awan di kalimantan memang ajaib, bentuknya selalu indah
Perjalan kami diatas air diwarnai hijau hutan mangrove
Jalan aspal yang berkelok itu ditemani rawa di kiri-kanannya
Desa Sebuli adalah desa yang pernah mengalami relokasi. Aktivitas tambang yang dikhawatirkan mengganggu desa menjadi latar belakang dilakukannya relokasi pada 2008 silam. Mayoritas penduduk desa itu berasal dari etnis Banjar, dengan latar belakang keagamaan Islam yang kuat. Singkong adalah jenis vegetasi dominan di desa itu. rumah-rumah disana berbahan dominan kayu ulin, kayu khas Kalimantan yang terkenal kokoh. Mata pencaharian sebagian besar warga adalah petani. Listrik di desa Sebuli hanya bisa ditemui mulai waktu maghrib hingga sekitar pukul 23.00 per hari. Desa itu dipimpin seorang kepala desa yang biasa dipanggil “pembekal”. Di kediaman pembekal yang masih berusia kepala dua itulah kami tinggal selama menjalankan tugas. Tugas kami di desa ini adalah mengadakan program-program terkait latar belakang keilmuan kami yang dibutuhkan masyarakat Desa Sebuli. Setelah melakukan identifikasi potensi dan masalah, akhirnya kami sepakat untuk merancang dan menjalankan program yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan kelembagaan.
Dalam paket tulisan ini, akan dibahas beberapa hal minor yang menjadi selingan kami dalam menjalani KKP di Sebuli. Masuki 4WD Anda, kenakan helm, kencangkan sabuk pengaman, baca doa. Kita akan menjelajahi kilasan memori.
Kita mulai perjalanan ini dengan kunjungan ke pantai Senakin. Senakin adalah desa tetangga Sebuli yang awalnya menjadi tujuan KKP kami. Senakin batal menjadi lokasi KKP karena Sebuli terlebih dahulu merespon dengan kesiapan bahwa desa itu bersedia dihinggapi para mahasiswa KKP IPB. Pantai Senakin adalah pantai yang biasa ramai di hari raya lebaran, karena memang panorama disana tak usah diragukan keindahannya. Dengan hamparan pasir yang luas, landai dan basah yang diselingi aliran kecil air menuju lautan, pantai itu nyaman dijamah dengan kaki telanjang. Coba tengok foto-foto di bawah ini, bayangkan Anda yang ada disana, dan niatkan bahwa suatu hari Anda akan benar-benar disana.
Stream
Single spirit
Mungkinkah padang mahsyar seindah ini?
Dua pria berkaos hitam di belakang adalah Jacob Black dan Edward Cullen versi Sebuli
Beach wood
Masyarakat Desa Sebuli gemar mengonsumsi ikan. Makhluk air itu adalah aktor utama supplier protein hewani bagi warga. Untuk mendukung kemandirian pangan, desa memiliki sebuah tambak ikan yang dikelola bersama. Tambak dengan kedalaman 20 meter itu adalah eks-kawah tambang. Suasana asri di sekitar tambak menjadi daya tarik tersendiri, sehingga selain produsen ikan, tambak itu bisa menjadi arena pelepasan endorfin yang nyaman.
Istilah "kakek", jika diucapkan dalam bahasa banjar menjadi kai. Kai inilah orang yang berjasa menjaga tambak. Kai Tambak ini juga-dengan keberanian yang gigantik-menyatakan tertarik kepada salah satu wanita di kelompok kami
Kabupaten Kotabaru memang unik. Jika lazimnya pulau utama dijadikan pusat ekonomi dan pemerintahan, maka lain halnya dengan kabupaten ini. Ibu kota kabupaten ada di sebuah pulau di tenggara Borneo, Pulau Laut namanya. Pulau itu tak kalah potensial pesona alamiahnya. Coba kunjungi daerah sekitar siring laut yang selalu sibuk dengan aktivitas pelayaran. Monumen ikan pedang di Siring Laut adalah ciri khas lain pulau ini. Atau coba sambangi pantai gedambaan. Dengan merogoh beberapa lembar ribuan rupiah, Anda sudah bisa menikmati pesona pantai yang langsung berhadapan dengan bukit. Selain tiket, untuk memasuki area pantai itu Anda juga dianjurkan untuk membawa kamera, karena Gedambaan memang terlalu indah untuk dilewatkan rekaman lensa kamera.
Komposisi penduduk di Pulau Laut lebih heterogen. Etnik Cina terlihat cukup banyak disini. Dalam figur diatas, kami berdiri di hadapan klenteng
Siring Laut, monumen kebanggaan Kotabaru
Well, segitu dulu ceritanya, nanti kita lanjut ke postingan kedua ya, masih dalam topik yang sama, Kuliah Kerja Profesi. Selamat hari raya idul fitri, mohon maaf lahir dan bathin. Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.
keren za.. #fotonya.. saia jd pngen ke sana..
BalasHapusBagus ka tulisannya, sekarang sudah banyak berubah di sana ka.PT.Arutmin udah nggak beroprasi lagi jadi berdampak sama masyarakat sekitarnya.ayo kesenakin lagi kak mampir ke rumah saya.tapi yang gak berubah jalannya, masih tetap sama.buat saya ingin segera pulang kampung lihat foto-fotonya kakak.
BalasHapus