Senin, 23 Januari 2012

Pioneer

Lulus dari tingkat pertama di IPB, artinya juga lulus dari asrama TPB IPB, artinya harus cari tempat tinggal baru berupa kontrakan atau kosan. Saya memilih pilihan pertama waktu itu. Serumah kontrakan isinya 5 orang sunda semua, campuran Garut dan Tasik.

Beberapa saat lagi kontrakan habis, kami harus cari tempat tinggal baru lagi. Di kelas Perilaku Konsumen, saya mengenal seorang pria bernama Jibril. Dia adalah mahasiswa arsitektur lansekap angkatan 43 (2006). Kami lalu akrab. Jibril orangnya baik. Dia hobinya berbisnis-bisnis gitu. Jibril ini tinggal di sebuah kosan bernama Pioneer. Bukan kosan yang punya "admin" sebenarnya formatnya. Itu kontrakan juga itungannya, ga ada ibu/bapak/mamang penjaga/pengurus rumah. Suatu hari kami mengerjakan tugas kelompok disana, lalu saya ditawari ngekos disana. Akhirnya saya pindahlah ke kosan yang beralamat di Jalan Babakan Lio nomor 21 itu.

Setahun kemudian, saya memperpanjang kontrak, sementara tanpa saya ketahui, yang lain tidak memperpanjangnya. Hasilnya selama kurang lebih setengah tahun saya hanya tinggal berdua dengan Kak Fajar, mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan yang saat itu sedang menjalani sesi co-as. Tak jarang saya hanya tinggal bersama reptil peliharaan Kak Fajar di rumah itu dengan 12 kamar kosong lainnya, soalnya kak Fajar juga suka nginep di rumah sakit katanya.

Teman-teman masih ingat insiden pengiriman buku yang ternyata bom yang ditujukan buat Ahmad Dhani? Tau ga alamat pengirimnya dimana? Di Jalan Darmaga No 21 Bogor! Coba bandingkan sama alamat kosan saya diatas. Waaaaa..... Saat itu saya lagi ga di kosan, Kak Fajar yang SMS, katanya tonton TV, liat alamat pengirim bom buat mastermind Dewa 19 itu. Untungnya sampe sekarang ga ada yang curiga sama kami, malah kosan Pioneer itu sekarang sedang direnovasi.

Bada habisnya kontrak disana, saya pindah ke Pondok Sahabat yang berada tepat di samping Pioneer. Saya merasa perlu mengenang Pioneer disini karena suatu hari saya melihat gambar stensil yang saya buat di kamar yang dulu ditinggali. Gambar itu muka saya sendiri, terus ada tulisan Mind Your Time, maksudnya pikir-pikir lagi kalau mau males-malesan, biar semangat. Video pembuatan video itu juga saya buat. Video berdurasi 3 menitan itu backsoundnya Slipknot-Spit It Out. Pas diliatin ke Windi, dia malah ngakak. Mungkin menurut dia (atau jangan-jangan orang lain juga) video itu alay kali ya. Haha. Di foto di bawah ini, kamar saya yang catnya berwarna jingga.




Seni yang saya praktikkan di kamar itu istilahnya adalah tagging. Menurut Urban Dictionary, berikut definisi Tagging:
Tagging is signing your name or other representation of yourself on anywhere public. (walls, bus-stops, alleyways, paved streets, etc.)
Unlike graffiti, tagging usually takes less time and skill as it is done in one color with a single can of spray paint or thick marker.
Pengalaman pertama saya bertangging adalah sewaktu SMA. Dengan pedenya lancangnya saya membubuhkan muka saya sendiri di tembok sekolah. Malam itu saya, Odoy, Malik keluar kosan (sejak SMA saya sudah tinggal di rumah kos), tempel cetakan, semprot. Ternyata ada orang yang datang ke arah kami. Cat spray langsung saya lempar ke dalam sekolah, kami kabur. Besok paginya saya ambil lagi alat bekas tadi malam dan mendapati wajah saya terpampang di tembok sekolah. Beberapa saat setelah karya itu rampung, saya baru liat ada tagging muka cewe, terus ada tulisan Happy Birthday di sampingnya, sama nama si cewe tentunya. Jujur saya GR waktu itu, berasa jadi trend setter. Hihi. Beberapa bulan berlalu, saya lalu berkunjung lagi ke tembok tagging dan foto saya udah diobrak-abrik bomber lain. Foto di bawah ini satu-satunya dokumentasi yang saya punya. Nyesel juga kenapa ga difoto pas dulu baru dibikin. Hehe.


Sebenarnya salah satu obsesi saya yang belum kesampean sampe saat ini adalah bikin graffiti. Graffiti beneran pake cat spray. Dari dulu nyari pylox caps (kepala spray buat ngatur ketebalan garis luaran spray) ga dapet-dapet. Sekalinya ditawarin beli di temannya Fan, saya sendiri yang ogah-ogahan. Sekarang udah banyak pertimbangannya. Catnya mahal, capsnya mahal, temboknya bisa dicat lagi (takut sia-sia udah bikin.haha). Yah mungkin lain kali kalau udah ada partner buat bikin bareng sama kapitalnya cukup. Sampai saat ini baru mural yang pernah saya bikin di tembok kamar di rumah. Ini dibuat waktu SMA juga, waktu itu sambil ngisi libur puasa.


Kok dari Pioneer malah ngalantur kesini ya? Haha. Yaudah gitu aja cerita saya soal Pioneer. Semoga kosan itu jadi indah setelah direnovasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar