Rabu, 07 Mei 2014

Menuju Bukit Pabeasan

Setiap kali pulang ke rumah, akhir-akhir ini yang saya lakukan adalah berjalan-jalan, menjelajahi daerah sekitar rumah pagi-pagi bersama ayah, ibu dan adik(-adik). Terakhir kali pulangsekitar dua pekan lalu—kami berencana mendaki Bukit Pabeasan. Meski tak sampai puncak, perjalanan selama menyentuh kaki bukitnya sudah menghadiahkan kisah-kisah menarik.

Bukit Pabeasan becermin di permukaan sebuah sawah. Ayah saya berkisah, bahwa nama pabeasan berasal dari mitos tentang sebuah periuk yang konon ada di puncaknya. Dahulu kala, ada kepercayaan bahwa arah periuk menghadap akan menunjukkan suatu wilayah/desa yang akan menyambut masa panen. Kata Pabeasan berasal dari kata dasar beas atau beras dalam Bahasa Indonesia.
Sebuah saung bertengger berlatar Bukit Pabeasan. Saung itu bergaya arsitektur badak heuay. Badak heuay (dalam Bahasa Indonesia artinya badak menguap) merupakan salah satu gaya arsitektur atap bangunan khas sunda. Jenis atap bangunan sunda lain bisa kamu baca disini
Sungai ini bernama Leuwi Bolang. Ayah saya mengaku bahwa inilah arena bermainnya sewaktu kecil. Saya sempat merasakan bermain di sungai. Suatu sore kakak sepupu saya meninggal karena tenggelam. Saya dan teman-teman kemudian berpindah tempat bermain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar