Minggu, 15 November 2009

agama

                Agama dan kehidupan adalah dua hal yang tak mungkin dipisahkan. Selain berfungsi sebagai border yang mengatur tata perilaku manusia, agama juga berperan sebagai fitrah, yang membuat jiwa manusia tentram. Tuhan adalah pusat dari keberadaan agama, bukan agama namanya jika sebuah keyakinan tidak bertuhan. Tak jarang kita mendengar pernyataan bahwa semua agama adalah sama, karena sama-sama mengajarkan kebaikan. Artinya, apapun agama yang kita anut bukan masalah, karena memang semua agama sudah mengajarkan kebaikan. Sekilas tak ada yang aneh dengan kalimat itu, namun jika kita perhatikan lebih seksama, kata-kata itu telah menyampingkan eksistensi Tuhan, nyawa dari agama itu. Jika membenarkan bahwa semua agama itu baik, maka tidak menganut agama pun bisa jadi bukan suatu hal yang menyimpang, karena kebaikan tidak hanya diajarkan dalam beragama, karena kehidupan ateis pun memungkinkan perilaku individu disiplin, empati, dan hal-hal positif lainnya yang juga ada dalam ajaran agama. Inti dari mempercayai sebuah ajaran agama adalah mempercayai eksistensi Tuhan menurut ajaran agama tersebut. Jadi sudah sewajarnya jika seorang muslim menyatakan bahwa agamanya lah yang paling benar, karena itu keyakinannya. Begitupun dengan penganut agama lain, kebanggan terhadap sesuatu yang diyakini merupakan hal yang penting, agar tingkat kepercayaan terhadap keyakinan itu pun menjadi kokoh. Hal terpenting dalam perbedaan itu adalah sikap saling menghormati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar