Hujan membasahi Ampera Raya saat harusnya acara sudah dimulai. God bless rock n roll! Meskipun deras, tak lama rintik di siang itu reda jua. Setelah jeda cukup panjang pasca hujan, akhirnya gelaran rilis edisi terbaru Rolling Stone itu dimulai. Adalah Dead Squad, performer pertama yang berlaga di panggung besar Rolling Stone Live Venue. Empat lagu mereka gaungkan di hadapan audiens yang mayoritas terdiri dari kamtis (fans Endank Soekamti) dari berbagai daerah. Di awal acara, Soleh Solihun yang menjabat MC di acara ROLLING STONE Release Party edisi Mei 2010 itu sempat melontarkan beberapa lelucon yang diantaranya membahas eksistensi golongan sayap kanan di kancah politik negeri ini. Di lagu ketiganya, Dead Squad menjawab topik itu. “Lagu ini adalah bentuk pernyataan negasi kami atas pembenaran sepihak yang sering dilontarkan golongan sayap kanan,” demikian kelakar juru vokal band yang pernah dihuni Prisa Adinda itu.
Usai Dead Squad menunaikan aksinya, “Mars Kamtis” spontan bergema. Akhirnya trio humoris asal Jogja itu naik ke singgasana pesta. Kor-kor melodius macam “Mari Bercinta”, “Bau Mulut”, “Asu Tenanan” hingga “Go Skate! Go Green!” dengan syahdu mereka dendangkan. Aksi stage diving para kamtis menjadi fenomena banal di rentang penampilan Endank Soekamti. Sesekali dialog komedi Erick dan Dori menjadi selingan antar lagu. Hanya Ari yang tutup mulut dan terlihat khusyuk dengan drumset-nya. Spanduk-spanduk kamtis yang semula terpajang di penjuru arena pesta mulai bertanggalan usai Endank Soekamti pamit. Moshpit pun menyisakan spasi renggang setelah para kamtis turut idolanya meninggalkan Ampera Raya Nomor 16.
Selama dua band pertama menebar gema, seorang pria berambut panjang tampak asik dengan kameranya. Dialah Richard Mutter, drummer Pas Band semasa “Four Through The Sap” hingga “Psycho ID”. Bada Dead Squad dan Endank Soekamti, drummer legendaris itu ambil giliran unjuk taring bersama bandnya, Getah. Lirik–lirik ilahiah khas musik metal mereka dendangkan dengan penuh penghayatan. Selain aksi panggung yang berkesan mistis, hal unik lain dari penampilan Getah sore itu adalah cara Peter Mekel menekan fret gitar les paul yang dimainkannya. Satu-satunya gitaris di band itu beraksi dengan teknik yang serupa dengan cara Moldy Radja memainkan gitar.
Di akhir acara, giliran The Brandals menggeber melodi. Kombinasi flip-flop Toni dan PM serta setting snare drum Rully Annash tetap menjadi warna khas dalam aksi The Brandals. Pilihan lagu yang mereka bawa pun lebih aktual. Nomor-nomor monumental macam “Lingkar Labirin” atau “100 km/jam” tak terdengar hingga ujung performa. Beberapa saat sebelum kumandang adzan maghrib terdengar, acara bulanan ROLLING STONE ini pun usai. Momen bulanan edisi Mei ini, selain dihadiri para insan musik, juga dihadiri sineas Rudi Sujarwo yang tampak bersama anaknya. Bahkan keluarga PM hadir pula dan kompak menikmati aksi The Brandals.
"Hiperbola Dogma Monotheis", demikian tajuk komentar mereka untuk para sayap kanan
Mari berpacu dalam melodic
Getah Hell Yeah
Endah N Rheza
Mari bercinta sekuat tenaga. toss!!
Wuuuuuhuuuu
plis za, rheza nya bukan itu bukan, itu siregar, lo sama endah alhur aja.hahaha
BalasHapus