Sabtu, 07 Desember 2013

Penampilan Terakhir Yas bersama Alone At Last

Foto dipinjam tanpa izin dari wadezig.com
Vokalis band Alone At Last, Yas Budaya, hengkang dari band tempatnya berkarya selama sebelas tahun. Sore tadi ia menghelat pertunjukan terakhir dengan band asal Bandung itu. Berarena di gelaran Jakcloth 2013, penampilan terakhir Alone At Last (AAL) bersama Yas saya saksikan sejak pertengahan sesi. Sejumlah hal menarik membuat saya tak sabar untuk mendokumentasikannya disini.


Saya merangsek ke hadapan panggung saat Muak Untuk Memuja dimainkan. Ada yang berbeda dari departemen gitar di kiri panggung. Tak ada Indra Papap disana. Yang terlihat justru seorang gitaris lain yang sepertinya berstatus additional karena dosen Hubungan Internasional di Unpad Bandung itu mungkin sedang berhalangan gabung. Rupanya itu gitaris band ALICE. Saya tahu setelah Yas mengenal dan mempromosikan band itu. 

Seorang pria entah siapa juga naik panggung. Mengaku tahu AAL sejak mereka baru band studio-an, orang itu disambut hangat para personil AAL. Dia lanjut curhat bahwa dirinya berhutang inspirasi. Di belakangnya, Yas duduk menunduk sambil sesenggukan. Dia juga cerita soal Papap yang sudah tidak lagi bersama AAL. Disitulah saya baru sadar bahwa ternyata Yas bukan yang pertama meninggalkan band emo-punkrock itu.

Di akhir pertunjukan, Takkan Berakhir Disini dialunkan. Lagu ini sekaligus jadi pernyataan sikap bahwa meski Yas keluar, AAL masih ada dengan tiga personil lain yang masih tersisa. Penampilan Yas sore tadi masih sama dengan aksi yang biasa ia tampilkan, diantaranya membagikan stiker (kali ini bersama uang kertas sepuluh dan dua puluh ribu), sampai berpantomim dengan mukanya yang ekspresif. Tanpa mikrofon, dia lalu minta maaf jika selama sepuluh atau sebelas tahun ini ada ucapannya yang salah. Terakhir, dia bilang "gue biasanya paling ga suka difoto-foto di panggung, tapi buat kali ini, boleh lah". Kelimanya berangkulan, menunduk hormat ke arah penonton, lalu usailah era Alone At Last bersama juru vokal Yas Budaya.

Saya dan Alone At Last


Di satu sesi pertunjukan terakhirnya bersama Alone At Last, Yas mengundang seorang remaja dengan kaos bertulisan pesan Positif Mental Atittude atau PMA. Dia ditanya-tanya soal band hardcore favoritnya. Ditanya soal AAL, dia mengaku ga ngefans banget. Saya tersenyum tipis dengan komentar dia. Saya juga begitu, ga ngefans banget tapi lumayan ngikutin karya Alone At Last, meskipun baru nonton live nya beberapa tahun setelah tahu lagunya.

Sebenarnya aksi panggung AAL yang fenomenal sudah saya dengar sejak SMA. Katanya bassisnya suka muter-muter instumen dia, terus loncat-loncatan. Penasaran dengan cerita itu, baru tahun 2011 saya kesampaian nonton AAL, di Java Rockingland. Saat itu saya mengalami pengalaman absurd. AAL manggung di Segara Stage yang tinggi panggunya sekitar 50 cm, dan tak ada pembatas antara penonton dan penampil. Di sebuah lagu, Yas berisyarat ke arah saya. Kira-kira maknanya "ayo naik sini, nyanyi bareng gue". Saya tentu salah tingkah ketika itu. "Serius saya boleh naik dan nyanyi bareng disana?" batin saya bertanya-tanya. Untungnya sebelum melompat naik, saya sempatkan tengok ke belakang. Rupanya Yas ngajak Ucay Rocket Rockers yang ada di belakang saya. Silahkan tertawakan saya (kalau kisah itu lucu. Hehe). Tapi di hari itu saya dapet sebuah stiker yang dilempar dari atas panggung, lumayan. Sampai sekarang stikernya masih melekat di gitar pusaka saya. 

Pertama kali saya tahu band ini, dari sebuah kaset yang dipinjamkan teman kakak kelas ketika SMA yang merupakan anak gaul Bandung. Saya sendiri saat itu tinggal di Garut. Di kaset tanpa kotak itu tertulis Alone At Least. Iya Least, bukan Last seperti seharusnya. Di sebuah kesempatan saya tanyakan hal ini ke Indra Papap. Katanya ga pernah AAL berkepanjangan Least di huruf L. "Salah tulis kali", kata dia saat itu. 


Lalu terpukaulah saya dengan lagu Amarah, Senyum dan Air Mata, tentu bersama Mainstream of Love, Valentine Love Song dan lagu lainnya. Berbagai rilis karya AAL saya ikuti dari lagu mereka yang masih sangat punk berjudul I Have No Feeling sampai single Takkan Berakhir Disini. Informasi nonmusik soal mereka juga saya ikuti. Dari berita rehatnya Indra karena harus studi ke Australia (ketika itu sekitar 2008, myspace masih sering dipakai), sampai ada kutipan pernyataan bahwa AAL bukan band emo, mereka menyerahkan penjenisan musik ke pendengar, meski kemudian mereka mengakui ke-emo-annya. Bahkan di sebuah konser besar mereka menyatakan "We Are Emo". Saya juga sisipkan kutipan kalimat AAL di blog ini, di bagian komentar tiap posting. Kalimat "Don't feel bad if people talk shit about you. Everybody has an opinion. Be true in your heart" itu berasal dari sebuah majalah indie berukuran A5 yang namanya sudah saya lupa. Selain itu, saking sukanya ke lagu mereka, bahkan di kelas saat SMA, saya tak jarang putar lagu mereka melalui DVD player, sampai teman sekelas saya bilang kalau giliran saya yang kuasai pemutar cakram itu, dia tutup kuping. Hehe. Saat itu memang tak banyak yang seselera musik sama saya.


Di bangku kuliah, tahun 2007, saya bertemu teman yang "berkuping" setipe. Saya dan mereka membentuk band emo-punk bernama Finding Nadia. Saat itu musik emo memang sedang bermekaran, meski di penghujung dekade pertama abad ke-21 itu kilaunya meredup. Finding Nadia cenderung sulit berproduksi karya, karena sulit menyempatkan diri dari aktivitas kuliah saat itu. Dalam empat tahun baru satu minialbum dirilis, judulnya A Huge Difference Between Zero And The Number After. Ketika AAL ditinggal vokalisnya di ujung 2013, Finding Nadia juga merencanakan bubar sebelum 2014 datang. Pembubaran dilakukan dengan merilis album terakhir yang judulnya April Is Our December. Meski nanti ga ngeband lagi atas nama Finding Nadia, saya sudah punya mainan baru, namanya Operasi Plastik. Sudah siap satu album, judulnya Tes. Band ini menggabungkan emo , punk, metal di sejumlah lagu. Meski tak merinci mau kemana dia setelah keluar dari AAL, saya yakin Yas masih punya proyek musikal lain. Dan karena aksi Yas di AAL sangat khas dan memberi warna cukup tebal di band itu, maka kiprahnya di aksi artisitik lain sangat layak untuk ditunggu. Jangan Berhenti Yas!

1 komentar:

  1. Hai Rheza Ardiansyah, tulisanmu membuat saya terharu, but now i'm back wif the band and with a new single also, here goes da link if you wanna check it :
    http://aloneatlastofficial.com/

    Regards

    BalasHapus