Selasa, 11 Maret 2014

Pelajaran Dari Bantaeng: Bantaeng Kota Romantis

Anjungan Pantai Seruni
                Ya, Bantaeng juga bisa dibilang kota romantis. Pertama, disana ada sebuah ruang publik unik, namanya Pantai Seruni. Dulu, yang namanya Pantai Seruni adalah pantai yang jorok, bukan lagi kotor. Di sepanjang garis pantai, tiap pagi warga “jongkok” disana. Kala malam, tak ada yang berani melewati tempat itu. Selain berdekatan dengan lapas, ada sebuah pohon besar yang kata seorang warga, dihuni kuntilanak. Kalau kita lewat malam-malam di bawah pohon itu, katanya ada yang menaburkan pasir dari atas. Benarkah? Entah. Yang pasti, kini Pantai Seruni sudah jauh dari kisah kelam tadi.


Bayangkan, ada sebuah alun-alun kabupaten yang berbatasan langsung dengan laut. Di dekatnya ada sebuah anjungan serupa Pantai Losari di Makassar. Berdirilah disana pada sore hari. Maka gradasi warna langit yang terlihat dari sana, baru satu bagian keindahan. Lalu tengok sisi lain alun-alun tadi. Sebuah rumah sakit daerah berstandar internasional sedang dibangun. Tingginya delapan lantai. Bupati dan wakilnya (ketika saya wawancara) kompak menyebut gedung itu rumah sehat, bukan rumah sakit. Di sampingnya sebuah apartemen dibangun pemerintah kabupaten untuk dihuni para dokter yang bertugas disana. Dimana dokternya sekarang? Di Jepang. Mereka disiapkan untuk mengoperasikan peralatan medis berteknologi canggih. Sepulang dari Negeri Sakura yang berbarengan dengan rampungnya pembangunan gedung pada 2015 mendatang, sepuluh dokter tadi siap beraksi. Oh ya, semua gambaran indah tadi adalah visualisasi Pantai Seruni kini.

Keindahan Pantai Seruni belum habis disana. Ada balai atau tribun yang menghadap laut di alun-alun Pantai Seruni. Disana bupati biasa menerima tamu. Kalau tak ada tamu, wargalah yang menempati, karena di dekatnya, 200an kursi plastik berjejer teratur diduduki warga yang bercengkerama sambil menikmati sara’ba—minuman khas Bantaeng yang terbuat dari sari jahe. Kalau kamu ada disana ketika malam, sebuah odong-odong berhias lampu warna warni berkeliling di lintasannya yang beraspal mulus. Nah, jawaban dari kenapa tempat ini romantis, adalah karena setelah Pantai Seruni direnovasi, angka perceraian di Kabupaten Bantaeng terjun bebas. Tahun 2012 angka perceraian disana cuma 17 kasus. Bandingkan dengan angka rata-rata muncul di tahun-tahun sebelumnya yang menembus lebih dari 100 kasus perceraian. Pantai Seruni baru satu dari tiga pantai di Bantaeng yang dirombak total. Pantai Lamalaka disulap menjadi tempat makan yang berbatasan langsung dengan laut. Sementara Pantai Marina, cocok digunakan bermain ombak.

Alasan kedua romantisnya Kabupaten Bantaeng adalah hubungan harmonis rumah tangga para pejabat kabupaten. Bupati Nurdin menghimbau jajarannya untuk memeluk dan cium istri masing-masing sebelum berangkat kerja. Saran itu nampaknya dituruti para pejabat kabupaten, bahkan mungkin dicontoh warganya. Soalnya Sang Bupati sendiri memberi contoh. Di hadapan saya dan seorang kepala dinas, bupati tak segan merayu istrinya. Romantisme Bantaeng akan lebih terasa, jika kita berwisata kesana dengan orang yang cocok diajak beromantis ria. Hehe.

Kanan: Rumah Sakit Daerah Bantaeng yang sedang dibangun
Kios makanan di Pantai Seruni
Odong-odong berhias lampu mengitari alun-alun Pantai Seruni dan melewati lapas
Warga beraktifitas di Pantai Seruni sejak siang hari


Tidak ada komentar:

Posting Komentar