Jumat, 02 Maret 2012

Tanda Tanya



Setelah sempat didera isu pelarangan distribusi, film ? akhirnya muncul juga di peredaran apresiator karya audio visual. Di masa awal kemunculan film itu, komentar suportif hingga destruktif banyak bermunculan, meski sifat komentar terakhir sepertinya lebih terasa tajam hingga film ini dicap kontroversial, tidak layak tonton, penuh pesan tidak baik, sesat. Tentu itu menurut mereka yang memang tertarik dengan sisi gelap si film. Saya sendiri menilai, film ? adalah sebuah pelajaran berharga. Intinya film ini mengajarkan tentang toleransi antar umat beragama. Tapi ternyata ada hikmah lain selain kehidupan beragama. Misalnya tentang mendidik anak. Simak dialog Ping Hen dan ayahnya tentang cita-cita tokoh yang diperankan Rio Dewanto itu. Tan Kat Sun, si ayah Ping Hen tidak pernah bertanya tentang apa peran yang ingin dijalani anaknya, hingga Ping Hen atau Hendra berontak, meski ujung-ujungnya dia tetap menjalankan pesan ayahnya.

Film ini beberapa hari lalu ditayangkan di SCTV, jam setengah 11 malam. Saya tunggu lama, malah baru mulai jam 11. Itu pun setelah dimutilasi sana-sini. Saya stop nonton, mending liat lewat DVD aja. Kabarnya ada yang larang film itu tayang. Saya pernah baca sebuah ulasan (atau tepatnya hujatan) yang diutujukan ke Hanung di sebuah situs yang berlabel agama. Kok isi ulasan itu malah sampai mengarah ke ngorek kehidupan pribadinya si sutradara. Ironis aja, film ? menurut saya sudah mengarah ke satu agama tertentu (agamanya hanung). Contohnya ketika sejarah santa klaus/sinterklas diceritakan, atau kisah Ping Hen yang pindah agama. Tapi kok malah para aktivis agama itu yang resisten sama film ini.

Film ini juga pesan yang sama dengan film Cin(t)a. Coba cek dialog tentang semua orang jalan di jalan kecilnya sendiri. Saya jadi ingat diskusi di sini tentang topik yang sama. Ini pendapat saya.

Film ini juga sudah dilampiri data-data (baca: ayat-ayat) yang mendukung ide keberagaman dan saling menghormati. Di film Perempuan Berkalung Sorban sebenarnya saya gemes, menyayangkan absennya Surat Al Ahzab Ayat 35 tentang kesetaraan gender (Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta'atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.). Jadinya film itu masih mengesankan ada ketimpangan peran gender di agama yang dibahas di film itu.

Anyway, film ? mengingatkan saya ke sebuah pelatihan kepemimpinan di IPB yang saya ikuti di tahun 2009. Ketika itu kami perwakilan dari seluruh organisasi di IPB diundang untuk ikut pelatihan manajemen organisasi. Kami diinapkan di tempat yang sama, lalu di dalam ruangan itu di waktu maghrib, mahasiswa muslim solat di tengah ruangan, mahasiswa hindu sembahyang di pojok ruangan, seorang bernama depan Muhammad bersahabat dengan dia yang bernama Samuel. Beautiful.

Oke, sebagai bonus buat kamu yang menyempatkan baca ulasan ini, saya ceritakan blunder di film ?. Coba lihat cuplikan film di bawah ini. Cek interval waktu 00:28:50 - 00:30:13. Ada perbedaan posisi gambar lukisan Abi di pintu kamarnya. Awalnya kan di tengah, kok tiba-tiba ada di kiri. Haha. Lumayan lah ya, buat lucu-lucuan. Hey abang-abang resistor film ?, kapan-kapan coba ejek bagian yang ini. :p




Tidak ada komentar:

Posting Komentar