Dua minggu setelah pulang ke rumah, saya balik lagi kesana. Padahal biasanya saya pulang ga sedekat itu jeda waktunya, rata-rata satu sampe dua bulan sekali lah. Kali ini saya pulang demi momen yang pas. Adik saya Rizki pulang juga, dan adik terkecil saya Sofi berulang tahun ke-10.
Di tengah ritual ngobrol kami malam itu, Bapak tanya, apa yang bikin saya perlu atau pengen pulang. Kata saya, salah satunya buat ingetin diri sendiri siapa saya sebenarnya, dari mana saya berasal, biar ga lupa diri. Singkatnya sih itu, dan saya selalu menyesal karena kurang maksimal memanfaatkan waktu sama keluarga. Rasanya malam itu saya harusnya matikan TV dulu, tinggalkan dulu komputer tablet, malah rasanya selama di rumah saya ga mau tidur, sayang kalo waktu disana ga dinikmati.
Balik lagi ke pertanyaan Bapak. Sebenarnya saya punya teori lain yang mendorong buat berusaha tetap intim sama keluarga. Tahun 2012 lalu ada penelitian buat cari tau warga negara mana yang paling bahagia di dunia. Saya lupa negara mana yang juara satu, tapi yang mencengangkan, Singapura dapet posisi bontot. Gimana ga aneh, Singapura kan negara sejahtera. Fasilitas lengkap, masyarakatnya teratur. Apa lagi coba yang kurang? Ternyata, penduduk negara kota itu merasa terbebani karena harus hidup sempurna, harus tertib dan teratur sampai kebutuhan diri sendiri dikorbankan. Saya pikir ada untungnya juga negara kita agak semrawut. Di jalan raya deh contohnya. Berarti kan ada yang "bahagia" dengan melanggar tata tertib karena ego pribadinya terpuaskan, meskipun ada juga yang ga bahagia karena dirugikan. Toh ada yang bahagia, beda sama orang Singapur yang ga bahagia "semua". Hehe. Lumayan, Indonesia ada di urutan 19. Nah posisi papan atas, ditempati negara-negara Amerika Latin. Mereka dapet skor bahagia tinggi karena kebiasaan mereka kumpul sama keluarga. Dengan demikian, jelas sudah posisi keluarga dalam indeks kebahagiaan kita. Maka berkeluargalah. Hehe.
Urgensi menjalin intimasi sama keluarga juga disadari presiden Amerika Barrack Obama. Dalam salah kampanye si pewujud mimpi Marthin Luther King Jr itu, Obama bilang "back to family values". Obama sadar bahwa keluarga punya posisi vital dalam pembentukan individu. Pesan untuk kembali ke keluarga juga dikisahkan Iwan Setiawan melalui novel dan film 9 Autumns 10 Summers. Saya sih belum nonton film dan belum baca bukunya, tapi kan bocorannya udah bocor banget. Iwan meninggalkan tahta empuknya di kota big apple dan kembali ke kota apel demi pulang ke keluarganya. Seperti yang dituturkan Iwan di program 360 Metro TV, dia mengaku menghabiskan dua tahun terbaik dalam hidupnya sebelum sang ayah berpulang. Pemeran Iwan di film itu, Ihsan Tarore, juga berharap dalam wawancaranya dengan Yasir Neneama, bahwa setelah menonton film itu, minimal kita angkat telpon dan tanya apa kabar ke orang rumah. Ngomong-ngomong, kapan terakhir kali kamu pulang dan menikmati waktu sama keluarga? :)
seperti biasa ya bang, postingan lo itu simpel tapi maknanya dalem.
BalasHapusseru emang ya kalo kita bisa punya banyak waktu kumpul sama keluarga, bisa ngobrol haha hihi bareng orang tua. ngga serunya kalo kita harus kuliah/kerja yang jauh dari keluarga. gue aja udah ditanyain kapan pulang, tapi udah tanggung sekarang kalo pulang ngga bawa gelar sarjana, ya ngga? :3
sukses selalu buat lo bang! seru kayanya pake seragam biru kaya punya lo :D
Yoi, nanti pulang sekalian bawa calon juga zha jangan gelar sarjana doang. hahaha. sama2 sis, may god bless u too. ayo sini pindah tv aja. hahaha
BalasHapushahaha amin deh amin semoga ketemu sama calonnya hahahaha
BalasHapusiya nih sekarang aja gue lagi magang di tv bang haha alih alih cari pengalaman siapa tau nanti udah lulus bisa kerja langsung hahah :D