Tulisan di bawah ini ditulis oleh saya (berpenutup kepala) dan Reno Sitoarso (kanan). Foto milik Chandra Sugondo. Yang paling kiri di foto adalah Mun, dive master kami |
Saya akan gambarkan eksotisnya alam bawah laut bumi Sabang, Provinsi Aceh. Ada beberapa titik selam (dive spot), belasan bahkan sampai dua puluh lebih dive spot yang ada. Dari yang berupa tebing (cave), terowongan (tunnel), bangkai kapal (wreck ship), sampai yang bergelembung belerang (volcano underwater). Tapi sebelum lebih lanjut mengenal singkat ketujuh titik penyelaman tadi, ada baiknya kamu simak dulu video berikut ini:
- East Seulako. titik penyelaman ini berdekatan dengan pulau kecil tak berpenghuni yang terletak di utara Pulau Weh. kami melakukan penyelaman pada kedalaman 20 meter, dan dapat melihat banyak kerumunan ikan berbagai macam jenis, untuk moray eel jenis Blackspotted, Giant Moray serta Honeycomb juga dapat dijumpai pada kedalaman ini. Saya berjumpa dengan 4 ekor jenis moray eel sekepalan tangan yang kepalanya menjulur-julur dengan mulut menganga yang sepertinya menyambut kami dengan ramah, ada juga gurita hitam, stone fish yang samar menyerupai batu, scorpion fish yang tiarap di karang juga ada. Dua ikan terakhir itu berbahaya. Jangan disentuh.
- West Seulako. dibandingkan sisi timur, bagian barat Seulako ini lebih indah. Lebih banyak ikan yang berkerumun. Secara keseluruhan sih serupa dan yang dapat kita jumpai di sini dengan para nekton (organisme bergerak bebas tanpa ikut arus) di Seulako timur. di sini, saya lihat ikan napoleon dari jarak sekitar 7 meter di depan.
- Bate Tokong. Kamu tahu apa artinya bate tokong? batu kokoh. berlokasi belasan meter dari Pulau Seulako. Di bawah bate tokong ini ada goa melintang dengan panjang kurang dari 10 meter, yang terlihat gelap dan minim cahaya. Tapi coba kamu masuk kesana, dijamin jatuh cinta. Begitu masuk ada kelap kelip di mata saya. Rupanya itu ikan kecil yang banyak banget dan ada garis berwarna biru terang di siripnya. Entah ikan apa itu namanya, tapi indahnya bukan main. Mereka tidak takut berjarak kurang dari satu meter dari penyelam. Sekali tangan kita dikibaskan, mereka bergerak serentak ke satu arah. Luar biasa. Menyusuri goa itu, bukan hanya ikan kecil bergerombol yang cuma sejenis, tapi ada jenis lain. Ada juga udang kecil berbelang dengan antena berwarna pendar. Cantik.
- Arus Palee. Nah, Penyelaman di hari kedua ini saya merasakan menyelam di tempat berarus (current). Arus palee berarti arus jahat. Untungnya ketika saya nyemplung arus lagi ga jahat banget. Hehe. Di arus palee, kalau beruntung kita bisa bertemu tuan hiu sirip hitam atau hiu sirip putih. Mereka gak berbahaya buat manusia, meskipun tetep aja kalo ada darah bocor ya mereka sikat juga daging si sumber darah itu. Haha. Ada lagi hiu paus, whale shark. Dulu, kata Mun, guide/dive master saya, ada whale shark juga di sini. Si besar bertutul pemakan plankton itu enggan mampir lagi pasca tsunami, pasca kapal besar sering melintas. "Tapi empat bulan kemarin ada lagi", begitu kira-kira Mun memberi harapan. sayangnya, saya tidak ketemu sama mister hiu-hiu tadi. Tapi arus palee tetap seru. Schooling fish masih terlihat ramai, pun begitu dengan shoaling fish (ketahui perbedaan keduanya disini). Setelah menyusuri tebing kaya coral berbentuk tabung, kita akan tiba di ujung. Di sanalah, arus jahat sedikit jahil. Tubuh kita akan merasakan dorongan dan kayuhan fins terasa berat. Kalau sudah begitu jangan memaksakan melawan arus. Kami kembali berlindung di balik tebing dan lebih merapat ke dasar. udara yang tersisa sudah menunjung angka 50. Saya tepuk dada (salah satu hand signal), kami pun perlahan naik ke permukaan dengan cara drifting.
- The Canyon. Siapa sangka di dekat tugu nol kilometer, ada titik selam yang indah. Dive master setempat menyebutnya Canyon, karena pada kedalaman 14 meter ada puncak tebing yang dasarnya menapak kedalaman 65 meter. Tebingnya jelas tidak kosong. Coral berbagai jenis terpajang indah di sana, dihiasi ornamen tambahan ikan-ikan di sekitarnya. Pada sebuah area, kita bisa berada diantara ngarai bawah laut yang indah bukan kepalang. Kita diapit dua tebing tinggi menjulang dan takjub bisa berada di sana. Lanjutkanlah penyelaman ke sisi tebing lain. Sebuah atol atau karang melingkar menyambut kita. Dengan gerak perlahan, kita bisa memasuki lingkaran gerbang kecil itu. Impresif. Selanjutnya kita akan bertemu dengan area selam berdasar kepingan batu-batu besar. Bentuknya banyak yang kubistik. Di sela-selanya banyak kehidupan. Dari scorpion fish (lagi), muray (lagi), sampai lion fish. Asik berkeliling ria, stok udara saya cepat menipis. Sambil ber-safety stop saya dipasok udara dari tabung Mun. Sekitar 40 menit kami menyelam, stok udara pria kecil itu masih 150an, dari stok penuh 200 bar. Dalam asupan body breathing, saya jadi saksi sebuah pertarungan indah yang sebenarnya biasa. Ribuan ikan kecil bersirip biru datang bergerombol. Mereka benar-benar melintas di antara kami. Di satu momen, kerumunan mereka pecah oleh ikan yang lebih besar, si napoleon kalau gak salah. Pecahan formasi yang rusak sementara itu loh yang keren. Ah, harus pakai kata apa lagi saya untuk menggambarkan indahnya disana. Haha.
- Rubiah Sea Garden. Berbekal satu tabung, kami bertolak dari pantai iboih untuk dua kali penyelaman. Pertama, di taman laut pulau rubiah. Titik ini berkategori mudah. Kami sepakat berhenti ketika jarum di gauge oksigen menunjuk angka 100. Sisanya dipakai untuk penyelaman berikutnya. Di rubiah sea garden banyak anemon, tentu clown fish kecil ada diantara tentakelnya yang terlihat kenyal. Kejutan datang. Seekor penyu melenggang cuek tepat ke arah kami. Saya menyingkir, dia lewat. Dari belakang tempurungnya saya sentuh. Si penyu menoleh angkuh lalu terus melaju. Kami lanjut berkeliling dan berhenti di angka 100.
- Volcano Underwater. Inilah yang paling membedakan menyelam di Sabang dan di tempat lain. Di titik ini kami menyelam tak lebih dari 10 meter. Cukup berkutat di kedalaman 7-9 meter, kita sudah bisa berjumpa dengan sumber gelembung udara hangat aktivitas vulkanik. Banyak titik semburan di dasar sana, dari yang kecil sampai yang gelembung udaranya sekepalan tangan. Kalau kamu tutup sumber udaranya, rasanya panas kayak kena ujung panas rokok. Saya merasakan sendiri soalnya. Haha. Hey, jangan kira di sana ga ada mainan lain. Meskipun dasarnya berpasir tanpa coral reef, masih ada ikan. Di antaranya ikan gembung bergigi empat. Dia sangat jinak. Kalau mau, kamu bisa pegang dia. Tapi saya sih tidak sarankan. Kalau sial, jari kamu bisa digigit. Saya dan ikan itu pernah berhadapan. Kami saling tatap mata. Hahaha. Beneran ini dia renang di depan, terus mukanya keliatan. Dua pasang gigi besar menyembul dari rahang atas dan bawahnya. Kalau saya berhak kasih dia nama, ikan ini akan bernama cepot. Karena mirip dengan tokoh punakawan sunda itu, tapi si ikan lebih menyeramkan. Haha. Menyelam di volcano underwater, kamu gak perlu pakai wet suit, karena airnya sudah hangat. Lagian kalau pake wet suit, aroma belerangnya terancam nempel dan susah hilang. Satu lagi tips terakhir buat nyelam di sini, kamu gak perlu punya stok udara banyak, karena di bawah sana kita rentan mudah bosan. Selain itu, tidak ada objek yang dilihat selain pasir. Tapi dive spot ini tetap prestisius karena volcano underwater hanya ada di beberapa tempat di seluruh Indonesia. Jangan bilang pernah menyelam di Sabang kalau belum turun di dive spot volcano underwater (gak gitu juga sih intinya usahakan nyobain nyelam di sini lah kalau ke Sabang. Hehe).
Selama berada di Sabang, para penyelam maupun wisatawan tidak bisa sesukanya melakukan aktivitas laut seperti renang, nyelam maupun memancing di laut. Ada beberapa hari yang jadi pantangan buat beraktivitas di laut, di antaranya pada hari Jumat sampai jam 2 siang (setelah Sholat Jumat), dan ketika peringatan hari tsunami setiap tanggal 26 Desember. Adalah Putra, Pemuda asli Sabang yang sehari-hari menjadi guide/dive master. Dia berkisah tentang sekelompok wisatawan yang nekat menyelam di peringatan hari tsunami di dive spot yang memiliki wreck. Warga kemudian menyita boat mereka dan melarang adanya aktivitas menyelam di lokasi tersebut, selama beberapa periode. pada akhirnya yang rugi kan bukan si penyelam itu sendiri, tapi masyarakat sekitar. Jadi patuhilah aturan adat di sana.
Hari terakhir di Sabang saya berniat bersnorkeling di pantai dangkal depan penginapan. Malang bagi saya, sebelum ke perairan agak dalam, saya nginjak bulu babi. Padahal Deri, Ivas dan Reno teman se-tim saya bersnorkeling, bertemu lion fish dan shoaring fish di kedalaman sekitar 5 - 7 meter. Mungkin itu pertanda, agar saya suatu saat kembali lagi ke Sabang. Ya, sepertinya begitu. Semoga. :)
Sebagian teman-teman Flying Fish Divers yang menyelam bersama saya di Sabang |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar