Sabtu, 29 September 2012

Irvan: Bangsa Kita Gak Menghargai Musiknya Sendiri

Sudah lama sekali saya tidak menampilkan lagi rubrik "orang" di blog ini. Sejak awal tahun 2011, saya mewawancara beberapa orang teman, lalu memajang hasil wawancara itu dalam blog ini. Rupanya itulah salah satu embrio lahirnya majalah digital Can I Say yang di dalamnya memuat rubrik profile. Hasil wawancara saya di tag "orang", nantinya dipajang di rubrik profile Can I Say. Begitu juga dengan posting ini. Kali ini, wawancara saya dengan Irvan Januari, akan tampak di artperience Can I Say Magazine edisi 12 yang akan terbit segera. Langsung saja, mari selami kolam pemikiran Irvan Januari, si pecinta dangdut sejati.




Ironisnya musik dangdut. Beberapa orang bangga dengan adanya genre ini, bahkan jargon dangdut is the music of my country pun sempat populer. Namun di sisi lain, dangdut sepertinya sudah mulai tak digandrungi. Seorang pria bernama Irvan Januari berani berdiri di sisi seberang dan lantang berkumandang bahwa ia menggilai musik dangdut. Irvan mengaku suka dangdut sejak kecil. Memori tertuanya bercerita bahwa ketika berusia 18 bulan, ia sudah menari girang ketika musik dangdut mengalun di pasar saat Irvan kecil diajak ibunya belanja. Dangdut diakui Irvan membuatnya rileks. "Menurut gue, dangdut itu sumber kenikmatan. Terserah orang bilang kampungan, katrok atau apa, itu tetep musik yang gue cintain. Gue abis kerja, lagi cape, denger dangdut, fresh lagi", aku Irvan. Bahwa ia berani direndahkan dengan musiknya, Irvan yang mahir bermain kendang memang merasa demikian, terutama ketika SMA. Namun yang ia rasakan dari alienasi itu justru bukan perasaan kecil hati. "Gue justru merasa kalo lo ga suka dangdut, lo bukan orang Indonesia, soalnya dangdut kan musik indonesia, meskipun adaptasi dari India" ujarnya bersemangat. Menurut penggemar Rhoma Irama ini, musik dangdut saat ini sedang mati suri. Ia habis-habisan mengkritik kontes dangdut, hingga dengan pedas mengomentari musik (yang kita sebut) dangdut yang terkesan erotis.

"Sekarang makin jarang penyanyi yang nyanyiin dangdut yang pure dangdut. Kadang di-mix sama disko, ada koplo, sedangkan koplo itu bukan dangdut", papar Irvan mengawali kritiknya. Ia mengaku menyayangkan turunnya pamor dangdut sebagai musik yang elegan, dangdut yang dulu diangkat martabatnya oleh Rhoma Irama, idolanya sejak duduk di bangku SD. "Dangdut itu suara, bukan goyangan, goyang tu hiasan aja. Jadi musik dangdut erotis itu sampah. Awalnya dangdut udah pengen elegan, jadi dengan ada musik kayak gitu, orang jatuhnya malah jijik kan, suaranya nomor 12, goyangannya jadi nomor 1. Gue benci banget yang kayak gitu", kelakar Irvan bersemangat. Katanya, dangdut yang benar-benar dangdut itu, musik yang dibawakan Imam S. Arifin, Rhoma Irama, Hamdan ATT, mansyur S, Elvi Sukaesih, Rita Sugiarto, dan penyanyi dangdut lain yang muncul sebelum abad ke-21. "Lagu-lagu sekarang kayak ABG tua, Cinta Satu Malam, Hamil Duluan, itu bukan dangdut. Walaupun penyanyinya penyanyi dangdut, misalnya Hamil Duluan, itu kan yang nyanyi Tuti Wibowo. Sedih sih sekarang liat kondisi dangdut", tukas Irvan.

Soal jumlah pecinta dangdut, Irvan yang kini memajang lagu-lagu Joni Iskandar dan (tentu saja) lagu-lagu Rhoma Irama di playlist music playernya ini, mengaku optimis bahwa banyak anak muda yang sekarang suka dangdut. "Coba liat anak muda kalo nongkrong main-main gitar, pasti ujung-ujungnya lagu dangdut juga yang dinyanyiin", tegasnya. Namun sayangnya, menurut Irvan, perkembangan dangdut mati. "KDI (Kontes Dangdut TPI), apa segala macem, itu justru mematikan dangdut, (soalnya) cuma bikin penyanyi, bukan jadi pencipta lagu, sedangkan dangdut sekarang ini udah ga ada pencipta lagunya, kayak Muchtar B, Asmin Cayder, Leo Waldy, udah pada ga ada. Jadi ya kebanyakan penyanyinya, tapi yang bikin lagunya ga ada", papar pria berkepala pelontos itu.

Irvan punya definisi baku soal apa itu musik dangdut. Katanya, kalau musik dangdut tak diwarnai bunyi kendang, itu bukan dangdut. Terkait harapannya tentang musik dangdut, Irvan juga punya pendapat sendiri. "Gue pengen liat di TV, musik dangdut itu dikemas pure dangdut, ga usah pake drum, macem2. (Penyanyi) yang dateng tu Nurhalimah, Fenty Nur, Titiek Nur, Umami (Riza Umami), Vety Vera, Ike Nurjanah, Lilis Karlina. Ironisnya justru mereka terkenal di luar indonesia. Ike main di Amerika, Bang Rhoma juga terkenal di Jepang. Bangsa kita gak menghargai musiknya sendiri", tutup Irvan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar