|
Pak Ahmad Tohari beralan menuju ruang tunggu penerbangan. Kami berjumpa lagi untuk tujuan serupa: menghadiri festival buku di Jerman |
Saya sangat beruntung. Awal tahun lalu saya berkesempatan tugas liputan ke Jerman (tugas liputan luar negeri pertama saya). Kala itu, saya meliput kegiatan Leipzig Book Fair yang juga diikuti Indonesia. Beberapa bulan setelahnya, ada lomba liputan dengan tema "aku dan buku". Hasil liputan dari Leipzig dan Banten, saya ikutkan dan ternyata menang. Hadiahnya? Liputan ke Frankfurt Book Fair. Dengan demikian, dua kali sudah saya mengunjungi negeri panser itu. Ini kisah bagaimana perjalanan saya ke sana:
|
Saya membawa bekal novel Kubah gubahan Pak Ahmad Tohari. Rupanya di bandara ketemu beliau lagi. Pas sudah. Pak Tohari tanda tangani novel saya. Pada kesempatan sebelumnya, kumpulan cerpen Senyum Karyamin punya saya juga sudah dilegalisir sama penulis bergaya tutur khas ini. Waktu liputan Leipzig Book Fair, kami berbagi ruang istirahat. |
|
Singgah di Abu Dhabi ketika tengah malam, sementara besok paginya kami para wartawan akan langsung bekerja untuk meliput upacara pembukaan Frankfurt Book Fair. Beberapa dari kami mencari posisi nyaman untuk menabung tenaga sementara beberapa lainnya jalan-jalan keliling bandara ini. Sekitar 3-4 jam setelahnya, perjalanan kami berlanjut |
|
Ruang merokok di bandara. Beberapa orang delegasi Indonesia yang berangkat bersama saya heran kok gitu amat ruang rokoknnya. Hehe |
|
Akhirnya kami tiba di Jerman. Saya sangat antusias dengan pepohonan yang warnanya seperti lampu lalu lintas: merah, kuning, hijau |
|
Begitu melihat taman, saya selalu ingat pacar saya. Hehe |
|
Suasana jalan menuju hotel tempat saya menginap di Offenbach |
|
Musim gugur adalah warna pepohonan yang tidak seragam dan udara yang cukup dingin. Sejak belum berangkat panitia ingatkan bahwa nanti kami bisa terganggu dengan udara dingin itu. Saya bawa long john, dan nggak kepake. Hehe. Ternyata tidak terlalu dingin Meskipun yaaa, memang dingin dan tetap perlu baju hangat |
|
Selama di Jerman, kamu akan menikmati layanan transportasi umum yang nyaman, terutama karena tepat waktu. Ada papan pengumuman yang menunjukkan kapan kereta kita akan tiba. Peta juga tersedia. Gratis pula. Tapi selama acara Frankfurt Book Fair berlangsung. Hehe. Cuma di kota Frankfurt lagi. Hehe |
|
Seni jalanan tidak pernah mati |
|
Kereta melintas kawasan perkebunan |
|
Beginilah kira-kira bagian dalam keretanya. Tempat Mas Joko (pria bertopi) duduk sebenarnya area khusus pembawa sepeda (dan sepedanya tentu saja), tapi karena kosong ya tempati saja. Bebas. Petugas juga tidak selalu mengecek karcis kita. Jadi kalau pun nggak beli karcis, bisa naik dan turun di tempat tujuan. Asal nggak ketahuan. Tapi sekalinya kena pengecekan dan gak punya tiket, ucapkan selamat tinggal ke uang 60 euro |
|
Sebuah toko yang sering saya lewati dari hotel menuju stasiun |
|
Kondisi jalan malam hari |
|
Stiker, mural dan grafiti tidak susah kita temukan di tempat umum |
|
Suasana di depan bandara Frankfurt |
|
Ini foto ketika turun dari pesawat di Abu Dhabi dalam perjalanan pulang ke Indonesia |
|
Saya menggambar sketsa interiror bandara Abu Dhabi |
Keren bangeeet dapet hadiah ke jerman! mau mau mauuuuu :')
BalasHapusiya ci gw beruntung banget. hehe
BalasHapus