Selama satu minggu, sejak Minggu hingga Sabtu berikutnya, markas utama tim wartawan dalam Ekspedisi Carstensz adalah sebuah hotel di Jalan Cendrawasih Timika. Di sana kami menunggu panggilan untuk berangkat, pulang dari liputan di desa iwaka, berlatih, menggelar rapat, makan malam, baca, nonton bahkan renang. Untuk mengisi waktu, kadang saya baca bekal komik yang dibawa dari Jakarta. Ada majalah komik re:ON, komik Grand Legend Ramayana, novel Big Slacker Baby, graphic novel Enjah. Begitu tamat, saya beli lagi majalah intisari edisi khusus 70 kisah tentang Soekarno. Selain itu, kadang saya juga renang di kolam hotel.
Suatu hari dua anak ikut berenang sama saya. Yang satu namanya Berson dan satu lagi lupa namanya. Mereka meski tinggal di Papua, tapi logat bicaranya batak banget, dan memang mereka punya nama marga. Selain balapan renang, kami ngobrol beberapa hal. Misalnya tentang nama orang tua mereka, dan mereka tanya nama lengkap saya dan orang tua saya. Haha. Mereka heran kenapa saya tidak punya marga. Saya jelaskan bahwa saya orang sunda. Orang sunda tidak punya marga. Menyenangkan sekali membuat muka anak-anak itu melongo mendengar fakta-fakta baru bagi mereka. Kami berenang setelah magrib selama sekitar setengah jam. Begitu saya meniggalkan air, mereka masih di sana, ditemani orang tua masing-masing. Dua hari setelah itu, saya bersama rombongan tim ekspedisi akhirnya meninggalkan Timika. Apakah tim liputan saya berhasil mencapai Carstensz melalui jalur Sugapa? Ikuti terus kisahnya. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar